Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

RETRO: Irsyad Aras Lincah dan Sulit Dikejar

By Caesar Sardi - Kamis, 16 April 2015 | 15:09 WIB
Irsyad Aras, keluarga menjadi prioritas utama. (Dok. BOLA)

Mendapat panggilan mengikuti pelatnas timnas Piala Asia bulan lalu di Samarinda jelas merupakan berkah buat Irsyad Aras. Walaupun akhirnya tak terpilih di antara 23 pemain utama yang akan terjun di pergelaran sepakbola terbesar di Asia itu, bek sayap PSM itu merasa cukup puas menjadi salah satu dari tujuh pemain cadangan.

Jika cedera Firmansyah atau Rahmat Rivai tak kunjung membaik, nama Irsyad bisa masuk skuad 23. Namun, ia juga tak berharap rekan sekaligus pesaingnya di timnas itu terus berkutat dengan cedera.

Ia pun sadar kepentingan keluarga saat ini tengah menyedot konsentrasinya. Pemain kelahiran Polewali Mandar ini mesti menunggui istrinya yang sedang sakit. ‘’Saya sekarang masih di kampung, 200 km dari Makassar, menjaga istri saya yang lagi sakit. Kalau dia sudah sembuh mungkin dalam dua atau tiga hari ini saya segera bergabung di Jakarta,’’ kata Irsyad.

Sebagai pemain tengah, kemampuan Irsyad memang komplet. Selain punya umpan akurat, suami Hasdiana ini juga kerap merusak konsentrasi bek lawan karena lincah dan sulit dikejar. Musim ini Irsyad kembali menjadi tumpuan utama Juku Eja bersama Ali Kaddafi dan Syamsul Chaeruddin.

‘’Sulit menemukan pemain selincah Irsyad di Indonesia saat ini. Kami yang ada di depan jadi sangat terbantu untuk mencetak gol berkat umpan-umpan akuratnya,’’ komentar Amiruddin, bomber PSM.

Mimpi Juara

Sebelum bermain untuk PSM, Irsyad mengawali karier sepakbolanya di PS Sandeq Polman. Setelah itu ia sempat bermain untuk Persim Maros sebelum resmi bergabung dengan Syamsul Haeruddin di LI X lalu. Waktu itu PSM dilatih Miroslav Janu, pelatih Arema saat ini. ‘’Saya tentu ingin membawa PSM juara, itu impian saya musim ini dan tentu saja saya juga berharap Indonesia tidak jadi bulan-bulanan negara lain di Piala Asia,’’ jelasnya.

Di awal pelatnas, Irsyad sebenarnya sempat ikut seleksi di Samarinda. Belakangan ia memilih mundur karena alasan keluarga. ‘’Orangtua saya waktu itu lagi sakit keras, jadi saya tidak bisa konsentrasi. Anak saya juga masih kecil, butuh perhatian,’’ kata Irsyad.

(Penulis: Jamaludin)