Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
17 Juni.
Kalau sudah membela Merah-Putih secara tim, semangat dan motivasi pemain akan berlipat ganda. Kalau tidak dibekali semangat, bisa-bisa kita sudah disisihkan Inggris di semifinal, bahkan tersingkir sejak penyisihan grup. Sayang, berbekal semangat besar kita tak mampu menggusur Cina di final, Minggu (16/7)
“Cina memang lebih kuat. Meskipun begitu, perjuangan pemain kita sangat luar biasa: kalah, tetapi tetap membanggakan,” tutur manajer tim Lutfi Hamid.
Taufik Hidayat pun mengakui, meskipun gagal menyamai prestasi 1989, pemain Indonesia sudah menunjukkan kemampuan terbaiknya. Ada sisi posisif, yaitu kebersamaan dan kekompakan pemain terjaga. “Ini karena pemain dibekali semangat untuk tampil membela Indonesia sebaik mungkin,” sebutnya.
Sebelum itu, lihatlah perjuangan heroik pemain-pemain kita kala menggusur Inggris 3-2, Sabtu (16/6). Nasib kita benar-benar di ujung tanduk. Tertinggal 0-2, kemudian bisa membalikkan keadaan menjadi kemenangan. Semua pemain tampil hebat.
“Kalau sudah membela nama Indonesia, yang ada di dada ini hanya ingin hasil terbaik,” ujar Candra Wijaya.
Hal serupa dinyatakan Greysia Polii/Vita Marissa, yang membuat kedudukan Indonesia menjadi 2-2 setelah Taufik Hidayat mengatasi Andrew Smith. “Saya selalu bersemangat di lapangan,” sebut Grace.
Candra tak asal ngomong. Saat berpasangan dengan Markis Kido di partai penentuan lawan Anthony Clark/Robert Blair, siapa pun memuji hebat penampilannya: bersemangat dan tampil meledakledak. Saat memastikan kemenangan 3-2 atas Inggris, Candra melompat-lompat di lapangan.
Semangat pantang menyerah dan terus ngotot menutup kekurangan ganda yang baru pertama kali main di ajang resmi itu. Apalagi, formula Candra/Kido diakui layaknya berjudi setelah Kido/Hendra Setiawan selalu kalah dari ganda Inggris itu dalam dua pertemuan sebelumnya.
“Memang sedikit gambling ketika Candra kami pasangkan dengan Kido,” sebut koordinator pelatih, Christian Hadinata.
“Kalau sudah di partai penentuan, yang berbicara adalah mental dan keberanian. Karena itu, kita pilih Candra,” timpal pelatih ganda Herry Imam Pierngadi dan Sigit Pamungkas.
(Penulis: Broto Happy W.)