Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

26 Tahun Tragedi Hillsborough: Memori dan Keadilan

By Aning Jati - Rabu, 15 April 2015 | 16:51 WIB
Fan Liverpool menuntut keadilan dan kejelasan atas tragedi Hillsborough yang menewaskan 96 orang (Paul Ellis/Getty Images)

15 April, 26 tahun lalu, pentas sepak bola dunia dikejutkan dan berduka atas tragedi Hillsborough. Tragedi yang merenggut nyawa 96 orang dan melukai setidaknya 766 orang, terjadi pada pertandingan semifinal Piala FA 1988/89 mempertemukan Liverpool kontra Nottingham Forest di Stadion Hillsborough, Sheffield.

Itulah mengapa kejadian yang konon terjadi karena polisi membiarkan terlalu banyak penonton di stadion, dikenal dengan tragedi Hillsborough.

Lantaran penonton yang melebihi kapasitas, banyak penonton tergencet dan terjatuh hingga membuat pagar pembatas stadion rubuh karena tak mampu menahan beban. Hingga sekarang peristiwa ini dikenang sebagai salah satu tragedi terbesar dalam sejarah sepak bola dunia.

Pada peringatan ke-26 tahun tragedi Hillsborough, manajer Liverpool, Brendan Rodgers, mengungkapkan sebanyak 96 korban meninggal dalam peristiwa itu akan selamanya dikenang dan jadi inspirasi Liverpool.

"Kenangan dari para korban, bersama dengan keberanian mereka yang berhasil selamat dari peristiwa itu, jadi bagian yang menyatu di klub dan akan selalu seperti itu, selamanya," kata Rodgers seperti dikutip di Mirror.

"Ketika kami mengheningkan cipta, pikiran dan doa kami bersama ke-96 suporter yang menyaksikan kami dari atas. Mereka inspirator kami," imbuh Rodgers.

Sebagai penghargaan, seluruh nama korban sudah ditayangkan dalam sebuah program khusus kala Liverpool mengalahkan Newcastle (14/4).

Pada Rabu ini, peringatan khusus peringatan khusus atas peristiwa yang disebut sebagai yang terburuk di sepak bola Inggris, digelar di Anfield.

Hingga sekarang keluarga korban maupun publik Inggris masih belum puas dengan penyelidikan yang dilakukan selama ini. Hasil investigasi yang dipaparkan ke publik juga tak memuaskan karena sebagian besar merasa laporan tidak sampaikan dengan terbuka dan ada yang ditutupi. Publik Inggris masih terus menuntut kejelasan serta transparansi siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas pecahnya insiden menyedihkan itu.