Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Arema Cronus kembali mendapat suntikan semangat untuk memperjuangkan eksistensinya. Kamis (16/4) sore sebanyak 400 siswa Akademi Arema dan 30 PAUD Arema menggelar doa bersama. Mereka berkumpul di depan kantor manajemen Arema sambil memegang kertas berisi doa.
"Doa bersama ini bentuk keprihatinan anak-anak terhadap sepak bola Indonesia yang mulai semrawut. Kalau suporter melakukan aksi unjuk rasa, anak-anak ini spontan meminta doa bersama," kata Noordin Bastian, salah satu pelatih Akademi Arema.
Para pemain Akademi Arema ini sempat resah ketika Arema tidak mendapatkan rekomendasi untuk berkompetisi dari Menpora dan BOPI. Sebab, mereka sangat berhasrat jadi pemain Arema Cronus senior beberapa tahun ke depan. Bila Arema dicoret, harapan itu bisa jadi harus dikubur dalam-dalam.
"Kami harap pak Menpora dan bapak-bapak yang ada di BOPI bisa menyelamatkan Arema kami," kata Istyo Nur, salah satu pemain Akademi Arema kelompok usia 18 tahun.
Dalam acara doa bersama kemarin, hadir pula dua anak pemain Arema senior, yaitu Michael Gonzales dan Gustavo Beltrame. Mereka adalah anak Cristian Gonzales dan Fabiano Beltrame. Mereka saat ini masuk dalam skuat Akademi Arema U-18.
"Kami harap Arema selalu ada karena kami juga ingin sekali main di Arema," kata Michael.
Selain untuk mendoakan Arema, siswa Akademi juga berhasrat Kongres Pemilihan PSSI bisa memilih ketua umum PSSI yang pas. Siapapun yang jadi, sosok itu harus bisa menyelamatkan sepak bola Indonesia.
"Anak-anak ini sudah mengorbankan masa remajanya. Harusnya sekarang mereka bersenang-senang main gim atau pacaran, tapi itu tidak dilakukan. Mereka memilih latihan bola demi jadi seorang pemain. Kalau sekarang sepak bola Indonesia semrawut, tentu pengorbanan mereka jadi sia-sia," imbuh Noordin.