Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Formula 1 Tahun Ini Akan Lebih Panas

By Caesar Sardi - Kamis, 20 Maret 2014 | 21:00 WIB
Ayrton Senna dengan McLaren Honda-nya di pit stop sirkuit Hungaroring, Budapest, Hungaria. (Dok. Mingguan BOLA)

Apa yang menarik di awal balapan Formula 1 tahun ini? Munculnya Senna di sirkuit Phoenix, Amerika Serikat, 11 Maret lalu yang menjadi awal dari pertarungan Formula 1 tahun ini. Ia pun akhirnya menjadi juara.

Bukan kejutan memang, kalau Ayrton Senna akhirnya diizinkan untuk ikut balapan Formula 1 tahun ini. Pasti, Federasi Olahraga Bermotor Internasional (FISA) memikirkan efek-efek apa yang ditimbulkan bila juara dunia tahun 1988 itu absen dalam pertarungan balap mobil terkencang di dunia itu.

Gampang ditebak efek yang timbul bila FISA teguh dengan tindakannya yang menskorsing Senna 6 bulan, sekaligus membayar denda 100.000 dolar atas kelakuannya di grand prix Jepang Oktober lalu. Persaingan antara pembalap tidak akan ramai. Dan kalau tidak ramai, berarti penonton pun bisa sepi. Dan kalau sudah sepi, itu berarti menyangkut bisnis promosi.

Terbuka

Nama Senna di ajang pertarungan ini sangat penting. Tindakan-tindakannya cukup kontroversial. Ia punya musuh bebuyutan yakni juara dunia tiga kali, Alain Prost. Dulu musuh bebuyutannya itu berada dalam satu tim, tapi kini sudah hengkang. Nah, dengan demikian persaingan mereka semakin terbuka.

Maka bisa ditebak pula hal yang sangat menarik bila mengamati lomba mobil Formula 1 tahun ini. Tidak lain persaingan Prost melawan Senna!

Coba saja lihat hasil grand prix pertama yang berlangsung di sirkuit Phoenix, Arizona, Amerika Serikat yang akhirnya dimenangkan Senna. Pembalap-pembalap lain cukup pesat kemajuannya.

Pembalap muda asal Prancis, Jean Alesi, bahkan sempat memimpin perlombaan sebelum dikejar oleh Senna. Alesi yang tahun lalu juara dunia Formula 3000, membuktikan bahwa pembalap-pembalap lain, di luar para favorit tidak bisa dianggap enteng.

"Keberhasilan saya seperti tidak masuk akal. Ternyata pembalap-pembalap favorit bisa saya kalahkan," ungkap Alesi yang memakai mobil Tyrell itu.

Selain Alesi, masih ada pembalap-pembalap yunior yang menyodok para senior. Sebut saja Stefano Modena, pembalap Italia yang menggunakan Brabham. Lalu orang Asia pertama, Satoru Makajima, yang satu tim dengan Alesi.

Masih Panjang

Lalu, mungkinkan yang juara tahun ini adalah pembalap-pembalap bukan unggulan? Masih terlalu pagi untuk dijawab. Perjalanan para pembalap untuk berdiri di tangga tertas masih panjang. Masih ada 15 grand prix lagi yang harus mereka selesaikan. Yang paling dekat adalah tanggal 25 Maret ini, di Brasil.

Senna memang sudah menunjukkan keperkasaannya. Bukan tidak mungkin ia akan kembali menjadi juara grand prix di negerinya sendiri, Brasil. Bahkan bukan mustahil kalau ia merebut singgasana tertinggi tahun ini.

Kans untuk itu ada pada dirinya. Mobil yang canggih dengan mesin yang tidak kalah superiornya. Lalu seperangkat fasilitas lain berdiri di belakangnya. Dan, yang tidak kalah penting adalah semangatnya.

Untuk menentukan Senna sebagai juara juga masih terlalu pagi. Gangguan mesin maupun keadaannya dirinya merupakan faktor yang bisa menghambat keinginannya itu. Belum lagi keadaan di sirkuit yang bisa mengancam jiwanya secara tak langsung.

Pembalap Lain

Kans pembalap lain bukan tidak ada. Dan kalau berbicara kans ini, kita tidak bisa mengenyampingkan pembalap-pembalap senior. Mereka akan mengintip keunggulan McLaren dengan duo Senna dan Gerhard Berger-nya.

Prost akan berdiri di depan para pembalap yang akan menghadang grup McLaren. Di sini reputasi Prost akan dipertaruhkan. Si profesor Formula 1 itu tinggal tergantung kepada keadaan mobilnya, Ferrari.

Dalam grand prix AS, Prost mundur karena masalah mobilnya. Begitu pula dengan rekannya satu tim, Nigel Mansell, terlempar dari 10 besar.

Mobil Ferrari memang pernah jaya di sekitar tahun 1970-an. Tapi untuk kini, masih diragukan bisa menandingi keampuhan McLaren. Apalagi orang-orang di belakangnya belum cukup kompak. Gara-gara ini, Mansell sempat sewot dalam grand prix AS.

"Ferrari tidak memberi saya perkembangan," kata Mansell yang juga dikabarkan sempat mengutarakan akan hengkang dari Ferrari.

Ini menjadi titik lemah Fenari dengan duo Prost-Mansell-nya. Tanpa kerja sama yang baik, sukar diharapkan sebuah tim menghasilkan prestasi tinggi.

Sebenarnya ada satu tim yang belakangan ini stabil prestasinya, yaitu Williams. Tim ini didukung oleh pembalap-pembalap yang cukup tangguh, yaitu Thierry Boutsen dari Belgia dan Riccardo Patrese dari Italia.

Tahun lalu, Patrese menempel persaingan Senna dan Prost. Sedang Boutsen berada di tempat kelima. Untuk grand prix di AS, hanya Boutsen yang masuk 6 besar, yaitu di tempat ketiga. Sedang Patrese, berada di tempat 9.

Barangkali pembalap lain yang boleh diperhitungkan adalah juara dunia 3 kali yang lain dari Brasil, yaitu Nelson Piquet. Tahun lalu ia tidak berprestasi baik. Tapi kini, dengan mobil barunya, Benetton, Piquet sudah menunjukkan taringnya. Di GP Amerika Serikat Piquet berhasil masuk ke tempat keempat.

Maut

Buat penonton barangkali yang paling menarik ditunggu adalah pertarungan-pertarungan pembalap di sirkuit yang mungkin licin, sempit, yang bisa membawa maut.

Tahun lalu grand prix pertama mencelakakan pembalap Prancis, Phillipe Streiff. Kemudian pada grand prix San Marino, Berger nyaris tewas menghantam dinding pembatas. Mujizat menolongnya, hingga ia bisa baik lagi ke sirkuit. Di sirkuit Prancis pun kecelakaan terjadi yang hampir menewaskan pembalap Brasil, Mauricio Gugelmin.

Tahun ini? Jangan mendahului kehendak Tuhan. Tapi, siapa yang bisa memastikan juga bahwa ajang balapan tahun ini akan bersih dari celaka.

Antara maut dari prestasi memang enak dinanti. Nantikanlah!

(Penulis: Lilianto Apriadi, Indrie HP, Mingguan BOLA Edisi No. 317, Minggu Keempat Maret 1990)