Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Vision, membeli hak siar kompetisi kasta elite dengan banderol menembus kisaran Rp150 miliar.
Hanya, klub sebagai peserta kompetisi belum merasakan dampak signifikan peningkatan pemasukan hak siar kompetisi. Patokan benderol jatah hak siar pertandingan masih terhitung rendah.
Khusus pertandingan yang disiarkan MNC, masing-masing klub yang bertanding mendapat jatah Rp35 juta (siaran malam) dan Rp25 juta (sore). Di sisi lain, untuk laga yang disiarkan secara langsung oleh di K-Vision, klub dijatah Rp25 juta tiap pertandingan.
Buat klub yang memiliki nilai jual tinggi, pendapatan sebesar itu jelas tidak sepadan.
“Ya, semestinya ada pembedaan antara klub yang pertandingannya memiliki rating tinggi dan rendah,” ujar Muhammad Farhan, Direktur Marketing PT Persib Bandung Bermartabat, dalam suatu kesempatan.
Klub berharap uang jatah hak siar siaran langsung LSI minimal bisa menutupi biaya operasional menggelar pertandingan.
“Semestinya ada penghitungan ulang karena saat ini pemasukan pengelola kompetisi bertambah seiring lonjakan nilai hak siar LSI,” tutur Ferry Paulus, Ketua Umum Persija.
Soal hak siar, ruang gerak PT Liga Indonesia sebagai administrator kompetisi terbatas. Hal tersebut menjadi domain BV Sport, perusahaan yang membeli hak komersial LSI selama 10 musim (2013-2023).
“Seluruh pemasukan yang didapat dari penjualan hak siar masuk ke BV Sport,” tutur Joko Driyono, Sekjen PSSI. Sesuai kesepakatan bisnis, PT LI hanya mendapat kucuran dana per tahun dari BV Sport, menyesuaikan nominal kontrak hak komersial kompetisi.
Sumber: Harian BOLA; Penulis: Ario Yosia, Fahrizal Arnas