Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dua kekalahan beruntun di liga Italia dari Juventus dan Inter Milan, kemudian alotnya bertanding melawan juara Belgia, Mechelen, belum juga menghadang AC Milan dari keperkasaannya di tampuk tertinggi klasemen liga maupun Piala Champion Eropa.
Di liga Italia, Milan memang masih punya peluang, karena lawan-lawan berikutnya cukup lemah. Sedang di piala Champions yang sudah memasuki tahap semifinal, bukan tidak mungkin mereka tersandung. Karena lawannya kali ini klub tangguh dari negara yang juga tangguh sepakbolanya, Bayern Muenchen dari Jerman Barat. Hari Rabu, 4 April ini, Milan akan menjadi tuan rumah dalam pertandingan pertama dari dua kali pertandingan yang akan dimainkan oleh para semifinalis.
Suporter
Milan memang sukar dirobohkan kalau bertanding di kandangnya. Klub yang terakhir mengalahkannya di kandangnya adalah Inter. Itu pun dengan catatan bahwa kandang Inter juga sama-sama di Milan.
Faktor yang paling mendorong pemain untuk menang di kandang sendiri tidak lain suporter Milan yang fanatik. Fanatisme suporter begitu kuat. Jangankan kalah, menang pun mereka sering bikin ulah. Dalam pertandingan melawan Mechelen, walau mereka menang, mereka pun bikin ulah yang membikin pusing pihak keamanan.
Namun, dorongan ini hampir ditembus oleh Mechelen. Mereka kalah hanya karena ada perpanjangan waktu dan dengan pemain yang tinggal 10 orang. Kalau saja mereka masih komplet, bukan tidak mungkin Marco van Basten maupun si bule Marco Simone gagal mencetak gol.
Muenchen tampaknya akan mempelajari penampilan juara bertahan itu. Terutama penampilan terakhir yang oleh banyak pengamat dianggap menurun. Selain hasil pertandingan yang mereka peroleh, juga komentar-komentar dari kubu Milan membuktikan hal itu.
"Alasan yang paling pokok penampilan mereka menurun adalah kejenuhan bermain," ujar Arrigo Sacchi, manajer Milan, seperti yang dikutip harian terbitan London, The International Herald Tribune.
Bahkan Sacchi mengisyaratkan, AC Milan terpaksa akan harus memilih salah satu kejuaraan yang akan direnggutnya. Sekarang ini ada 3 kejuaraan di depan mata Milan. Pertama adaiah juara divisi I Italia, kemudian Piala Liga Italia, dan yang terakhir Piala Champion Eropa. Memang idealnya merebut sekaligus tiga kejuaraan. Tapi apakah mungkin?
Di tengah kebimbangan ini, Muenchen yang di dalam negeri sangat tangguh, akan memanfaatkannya. Peluang juara Jerbar ini tidak tipis, apalagi mereka masih punya senjata, yakni pertandingan kedua yang akan berlangsung dua minggu kemudian di kandang sendiri. Kesempatan itu tidak akan disia-siakan.
Marseille
Partai semifinal Piala Champion yang lain antara juara Prancis, Marseille, dengan juara Portugal, Benfica, juga tidak kalah menarik. Pertandingan pertama yang berlangsung di Marseille memang sangat menguntungkan Marseille.
Ambisi kubu Marseille yang ingin membuat sejarah bagi klub-klub Prancis dalam kancah Piala Champion, tidak berlebihan. Kini, mereka mempunyai pemain-pemain tangguh, baik dari impor maupun dari dalam negeri sendiri.
Dari impor yakni pemain termahal Ingggris, Chris Waddle, dan pemain Uruguay, Enzo Francescolli. Sedang pemain-pemain Prancis seperti Jean Pierre Papin maupun Frank Sauzee.
Di antara 4 semifinalis memang hanya Marseille yang belum merasakan jadi juara Eropa. Benfica pernah merasakannya tahun 1961 dan 1962. Tahun 1988 sebenarnya kesempatan ada. Mereka hanya kalah adu penalti dari PSV Eindhoven 6-5. Sedang Muenchen dan Milan masing-masing telah merebut tiga kali juara. Muenchen berturut-turut, tahun 1974 sampai tahun 1976. Sedang Milan tahun 1963, 1969, dan 1989.
(Penulis: Lilianto Apriadi, Mingguan BOLA Edisi No. 318, Minggu Kelima Maret 1990)