Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Ketika Lev Yashin Meninggalkan Kita

By Caesar Sardi - Rabu, 19 Maret 2014 | 18:00 WIB
Lev Yashin. (Dok. Mingguan BOLA)

Ketika tanggal 21 Maret lalu, mantan kiper nasional Uni Soviet meninggal dunia, Lev Yashin, banyak hal yang harus menjadi pikiran. Seorang kiper, apalagi untuk kelas seperti Yashin yang disebut mantan pemain nasional Portugal Eusebio sebagai kiper terbaik abad ini, ternyata adalah pemain yang harus memiliki kualitas yang lebih unggul dibanding pemain pada posisi lain.

Seorang kiper, begitu sedikitnya kata Richards Widows dalam bukunya Football Techniques and Tactics, harus memiliki kualitas yang istimewa. Misalnya, secara fisik ia harus memiliki pandangan dan penilaian yang tepat terhadap (jalannya) bola, mempunyai rasa yang tepat terhadap sudut datangnya bola, kelenturan, kecepatan, kelembutan, daya antisipasi, refleks yang cepat, dan tangan yang cekatan.

Di samping itu, tentu saja harus tinggi, meski ada yang lebih penting: dia harus berbadan atletis dan punya kekuatan di segala sudut tubuh. Tentu dengan itu berarti, seorang kiper yang bertubuh pendek, sama sekali tak bakal bisa masuk kategori kiper yang bagus.

Mental

Namun, kata Widows lagi, yang lebih dituntut adalah faktor mental. Lebih penting lagi adalah keberanian. Soal ini berkaitan dengan tugas kiper yang setiap saat harus maju ke daerah yang berbahaya, dan bisa mencederai dia.

Dia harus yakin pada penilaian dan kemampuannya. Jika ia ragu-ragu bisa menyebabkan penampilan yang jelek.

Dia harus memiliki kepribadian yang kuat karena dia harus menguasai sekaligus melakukan pertahanan langsung daerahnya - mengontrol, memperingatkan, dan kadang-kadang melalaikan imbauan.

Dia juga harus teriang jika mengalami tekanan, tetap bermain bagus karena dialah garis terakhir pertahanan timnya. Dia juga harus tetap bermain, manakala ia kecolongan dengan sebuah gol yang gampang.

Dia pun harus orang yang bertekad tidak mau kalah karena itu dia harus merasa memiliki daerah yang dijaganya. Dia harus tetap waspada, dan memusatkan perhatian, meskipun permainan jauh nun di sana di daerah lawan.

Paling penting lagi, seorang kiper tak boleh salah. Seorang penyerang, pemain tengah, dan belakang bisa saja salah. Tetapi, jika seorang kiper salah: gol bagi lawan adalah balasannya.

Dan, Yashin telah menunjukkan dia memiiiki semua ini. Karena itu, dia mendapat pengakuan dari kalangan negerinya sendiri maupun dari negara-negara lainnya. Orang-orang menghargainya. Pada ulang tahunnya yang ke-60 tahun lalu, datang pemain-pemain terkemuka dunia seangkatannya. Eusebio datang, Bobby Charlton pun hadir, "sang kaisar" Franz Beckenbauer pun ada. Banyak lagi bintang lainnya.

Perjuangan

Tentu tidak sekejap Yashin sampai pada tingkat setinggi itu. Ia harus berjuang dari bawah, dari mulai penjaga gawang tim pabrik, sampai klub, sampai nasional, dan sampai internasional.

Ia harus merasakan pada saat-saat awal, ia tidak disukai pelatihnya. Sehingga hanya sempat sekali menjaga gawang, lalu tak dipakai-pakai.

Tetapi, inilah istimewanya, ia tak putus asa. Ia terus berlatih keras. Dan, bahkan, ikut bermain olahraga lain, ia lalu dipercaya tim klub Dynamo, tim nasional. Pada saat memperkuat tim nasional inilah, Uni Soviet menjadi juara Olimpiade, tahun 1956.

Pada saat memperkuat tim nasional ini, ia tidak terus disanjung. Ia bahkan sempat dicaci-maki. Flatnya dilempari batu, dan pintu gerbangnya dicoret-coret. Ia tetap teguh. Dan kita ketahui, hasilnya memang kemudian menjadikan dirinya orang dengan prestasi tinggi.

Itulah pelajaran buat pemain kita, atlet kita, kiper kita. Sebuah prestasi tinggi tidak dicapai dengan gampang. Ia memerlukan pengorbanan...

(Penulis: TD Asmadi, M Nigara, Aba Mardjani, Tota Tobing, Mingguan BOLA Edisi No. 318, Minggu Kelima Maret 1990)