Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ada beberapa pemain Liverpool yang tahun lalu juga ikut merebut Piala FA, satu di antaranya adalah Ian Rush, yang berhidung betet itu.
Dan kalau mau menunggu penampilan Rush terbaik tahun ini tidak pelak, lihatlah nanti penampilannya dalam Piala FA, atau dalam kompetisi liga Inggris yang satu bulan lagi akan berakhir.
Karena apa? Rush-lah pemain depan yang kini bisa leluasa tampil tanpa memperdulikan persiapan menghadapi turnamen akbar Piala Dunia di Italia. Negeri Rush, yakni Wales, tersingkir di babak penyisihan.
"Kedua-duanya sangat penting," ujar Rush kepada BOLA ketika berpapasan di kamar ganti pemain ketika pertandingan Liverpool melawan Totenham beberapa waktu yang lalu.
Tiga Kali
Sampai kini, Rush menjadi pemain termahal Liverpool. Ia dijual oleh Liverpool tahun 1986 kepada Juventus Italia dengan harga 3,2 juta pound atau sekitar 9,6 milyar rupiah. Tapi, dua tahun kemudian, Liverpool membelinya kembali dengan harga 2,8 juga pound atau sekitar 8,4 milyar rupiah.
Rush di Juventus memang tidak berkembang, ia seperti asing dengan sistem permainan klub raksasa Italia itu. Ketimbang tidak berguna di sanam Liverpool mengambilnya lagi.
Memang tampaknya, Liverpool merupakan kandang Rush yang menyejukkan. Di sinilah ia bisa berprestasi yang terbaiknya. Dan khususnya adalah penampilannya di final Piala FA.
Dua kali Rush tampil di Wembley. Yang pertama tatkala Liverpool menang lawan Everton 3-2 dalam partai final tahun 1986. Kemudian yang kedua adalah ketika Liverpool menundukkan Everton, juga dengan 3-2.
Prestasi yang pertama di Piala FA dengan mencetak 2 gol membuat dirinya diincar oleh Juventus dengan bayaran yang tinggi.
"Itu kenangan manis. Liverpool selain juara FA juga juara liga," ujar Rush seperti yang kami kutip dari majalah Grandstand.
Rush ketika itu sudah menjadi bintang Liverpool. Karena bayaran yang tinggi, ia pun mau meninggalkan Liverpool ke Juventus.
Penampilan yang kedua pun punya kenangan tersendiri. Karena waktu itu kubu Liverpool tengah dikecam gara-gara peristiwa Hillsborough. "Kami bermain dengan perasaan tertekan. Untunglah Aldridge membuat gol," ucap pemain yang berusia 29 tahun itu.
Ketika itu yang menjadi bintang adalah Aldridge, pemain Irlandia yang kini pindah dari Liverpool ke Real Sociedad Spanyol. Walau begitu, penampilan Rush, tetap prima. Padahal sebelumnya ia dirundung cedera.
Ketika Liverpool berhadapan dengan Tottenham, BOLA melihat kehebatan Rush adalah pengambi!an posisi sekaligus kecepatannya menendang bola ke arah gawang.
Barangkali kalau melawan Palace ia bisa leluasa. Bila di final bertemu dengan Manchester, Rush bakal dijaga ketat. Di sinilah menariknya. Duel-duel seru antara Rush dengan pemain-pemain belakang seperti ketika dua klub itu berhadapan tiga minggu yang lalu akan terjadi lagi. Rush waktu itu tidak berhasil membuat gol. Waktu itu yang jadi bintang adalah John Barnes.
Apakah ia berhasil tampil untuk ketiga kalinya di Wembley? Kalau tidak ada kejutan barangkali ia akan berhasil. Dan ini berarti rekor yang lain buat Rush.
(Penulis: Lilianto Apriadi, Mingguan BOLA Edisi No. 319, Minggu Pertama April 1990)