Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kisah Real Madrid dan Pelatih Pengganti

By Minggu, 24 Januari 2016 | 19:20 WIB
Pemain legendaris Prancis, Zinedine Zidane, berjalan di lapangan sebelum dimulainya pertandingan persahabatan antara Les Bleus kontra Brasil di Stadion Stade de France, Paris, Prancis, 26 Maret 2015. (DEAN MOUHTAROPOULOS/GETTY IMAGES)

Ketika kinerja tim sudah tak berjalan sesuai target di awal musim, jalan terlogis bagi manajemen adalah dengan memberhentikan secara sepihak ikatan kontrak sang pelatih. 

Sejumlah klub di musim 2015-16 sudah menempuh jalan semodel ini. Termasuk Real Madrid, yang mengganti Rafael Benitez dengan Zinedine "Zizou" Zidane.

Meski belum bisa dibilang gagal-gagal banget, Madrid menjuarai fase grup Liga Champions dan menduduki posisi ketiga di klasemen La Liga, Rafa dinilai tak mampu membawa Madrid ke jalur yang seharusnya.

Setelah berstatus nirgelar di musim 2014-15, dan berada jauh inferior di hadapan Barcelona, wajar apabila Madrid ngotot untuk mengakhiri musim ini dengan raihan trofi.

Zizou dianggap memiliki kapabilitas tepat untuk mengembalikan Los Merengues ke jalur juara.

Kebetulan, Real Madrid dinaungi sejarah lumayan apik ketika mengganti nakhoda di tengah jalan.

Setidaknya, di masa lalu ada delapan kondisi (9 gelar juara) di mana Si Putih menutup musim dengan menggenggam mahkota juara setelah melakoni perubahan personel di kursi pelatih.

Kasus terdekat adalah sewaktu Madrid menjuarai Liga Champions pada 1999-2000 setelah sebelumnya mengganti John Toshack dengan Vicente del Bosque pada November 1999.

Kejadiannya mirip dengan situasi pada 1959-60, tatkala titel kelima Madrid di panggung Liga Champions didahului pergantian Manuel Fleitas Solich dengan Miguel Munoz pada April 1960.

Pengganti "Super"

Ada enam kondisi lain yang menunjukkan prestasi signifikan bagi Real Madrid seusai pergantian pelatih.

Jose Villalonga pada 1954-55 membawa Madrid menjuarai La Liga setelah menerima tongkat estafet dari Enrique Fernandez.

Pada 1990-91, giliran Alfredo Di Stefano yang menyumbangkan Piala Super Spanyol setelah mengisi pos pelatih milik Toshack.

Label pengganti “super” layak diberikan kepada Luis Molowny. Eks gelandang Madrid kelahiran Tenerife itu sukses menghadirkan empat trofi saat empat kali menggantikan pelatih di tengah jalan.

Titel perdana datang pada 1973-74 saat menggantikan Munoz, dan menjuarai Copa del Rey.

Pada 1977-78, Molowny merasakan gelar La Liga setelah menggantikan Miljan Miljanic. Pada 1981-2, ketika ditunjuk menggantikan Vujadin Boskov, ia meraih titel juara Copa del Rey.

Sementara itu, pada 1984-85, pergantian Amancio Amaro berujung dengan gelar Copa de la Liga dan Piala UEFA.

Secara overall ada sembilan trofi yang berhasil diraih Madrid seusai mengganti delapan pelatih di tengah jalan. Artinya, ada 45 persen kans sukses dari total 19 percobaan seperti ini.

Tentu menarik apakah Zizou bisa menghadirkan tambahan trofi di upaya ke-20 Madrid ini.

Penulis: Sapto Haryo Rajasa

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P