Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
2 pada Minggu (10/1/2016). Kekecewaan itu ia lupakan dalam jumpa pers usai pertandingan.
“Saya rasa anak-anak bermain cukup maksimal sejak menit pertama. Namun, kalian (Wartawan) lihat sendiri kepemimpinan wasit di lapangan. Saya tidak mau berkomentar. Nanti kita lihat di Padang,” tutur Nil.
Penampilan Semen Padang FC memang cukup meyakinkan di awal pertandingan. Mereka beberapa kali tampil menekan sehingga membuat lini pertahan lawannya keteteran.
Penampilan itu kontras dengan prediksi pelatih PBFC, Kas Hartadi, sebelum pertandingan. Awalnya, Kas berpikir Semen Padang akan tampil bertahan dan membuat kejutan serangan balik melalui pemain andalan mereka, Hendra Adi Bayauw.
Namun, serangan demi serangan anak-anak Kabau Sirah, julukan Semen Padang, tidak menelurkan gol. Mereka justru dirugikan setelah gelandang Vendry Mofu diganjar kartu merah.
Hilangnya Mofu dari lapangan membuat Semen padang hilang kendali. Herman Dzumafo yang jatuh setelah dibayangi dua bek Kabau Sirah mendapatkan bonus penalti dari wasit Toriq Al Katiri di menit ke-77.
“Kita semua lihat, ada kebobolan oleh melalui penalti, dan martu merah yang sebenarnya bukan pelanggaran,” ujar Nil.
Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Sredan Lopicic. Tendangan dua belas pas mampu ia maksimalkan dengan mengirim bola ke kanan bawah gawang.
Selanjutnya, Semen Padang semakin keteteran. Serangan yang dibangun pemain PBFC, Hamka Hamzah dan Fandi Ahmad, di menit ke-94 kembali membuahkan gol bagi PBFC. Kesempatan serangan balik yang cepat di menit akhir itu lagi-lagi dieksekusi Lopicic dari dalam kotak penalti. 2-0 untuk PBFC.