Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pada 2014, aksi Inter di bursa Januari juga tak bisa dibilang sukses. Setelah Pelatih Walter Mazzarri gagal melihat pertukaran pemain antara Marko Vucinic (Juventus) dengan Fredy Guarin, Mazzarri lantas mendapatkan Hernanes dan Danilo D'Ambrosio.
Transfer Hernanes yang mahal (18 juta euro) cuma membuat Inter naik satu posisi dari peringkat enam ke lima. Tempat di Liga Europa itu jelas lebih rendah dari target lolos ke Liga Champions.
Aksi transfer terburuk barangkali terjadi pada Januari 2013. Di akhir bursa, Inter berada di peringkat empat, masih berada di jalur yang tepat ke Liga Champions.
Pada jendela itu, Inter menjual Philippe Coutinho ke Liverpool FC dengan alasan buat menyediakan bujet belanja.
Inter kemudian mendatangkan Mateo Kovacic, Zdravko Kuzmanovic, Ezequiel Schelotto dan penyerang gaek, Tommaso Rocchi.
Performa Inter malah semakin buruk. I Nerazzurri finis di peringkat sembilan!
Bursa 2012 serupa. Inter melepas Thiago Motta, nyawa permainan tim mereka, ke PSG. Sebagai gantinya, Inter mendatangkan Angelo Palombo dan Fredy Guarin.
Kualitas Palombo tak sebanding dengan Motta. Guarin cedera dan baru rutin bermain pada April. Peringkat Inter melorot dari lima ke enam.
Bursa musim dingin Inter yang paling produktif terjadi pada 2011. Leonardo, yang datang menggantikan Rafael Benitez, mendapatkan uang belanja buat mendatangkan Giampaolo Pazzini, Andrea Ranocchia, Yuto Nagatomo, dan Houssine Kharja.
Posisi Inter melonjak dari peringkat lima menjadi penantang Milan di jalur scudetto, meski akhirnya fi nis di posisi kedua.
Kendati begitu, Inter berhasil menjuarai Coppa Italia. Gelar tersebut merupakan prestasi terakhir Sang Biru-Hitam hingga saat ini.
Penulis : Anggun Pratama