Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Chelsea, Ayo Bermain Kotor!

By Sabtu, 9 Januari 2016 | 13:00 WIB
Oscar ikut merayakan gol Diego Costa ke gawang Crystal Palace pada lanjutan Premier League di Selhurst Park, 3 Januari 2016. (IKIMAGES/AFP)

Mengandalkan teknis dan kualitas semata tampaknya sudah tak cukup lagi bagi Chelsea. Dirty work alias bermain kotor juga harus diterapkan untuk segera menjauh dari zona degradasi.

Manajer Guus Hiddink sendiri yang meminta pada anak buahnya untuk bermain kotor setelah Chelsea menangguk kemenangan penting atas Crystal Palace 3-0 pada Minggu (3/1).

Sebenarnya, Hiddink bukan pelatih yang menyukai kekerasan, kepura-puraan, apalagi drama. Namun, perbedaan kondisi saat dirinya masuk The Blues pada 2009 dengan sekarang sudah sangat jauh berbeda.

Chelsea sekarang tengah terpuruk dan dengan materi yang berbeda pula. Dulu ada sosok-sosok pemenang seperti Didier Drogba, Frank Lampard, Michael Ballack, sampai Michael Essien.

Sekarang materi Chelsea tengah mengalami sakit mental dan terpuruk di papan bawah.

Kemenangan atas Palace, yang merupakan keberhasilan kedua Chelsea pada laga tandang, pada faktanya belum berarti banyak.

Kemenangan tersebut masih menempatkan tim London ini hanya terpaut enam angka di atas zona degradasi.

Bagi Hiddink, semuanya akan jauh lebih mudah jika Chelsea tak berada di papan bawah klasemen.


Striker Manchester United, Wayne Rooney (kanan), saat dijatuhkan oleh bek Chelsea, John Terry, dalam lanjutan Premier League 2015-2016 di Old Trafford, Manchester, Inggris, pada Senin (28/12/2015).(CLIVE MASON/GETTY IMAGES)

Karena itu, tidak cukup lagi bagi Chelsea sekarang untuk bangkit dan mengejar angka jika dengan hanya mengandalkan teknis dan kualitas yang mereka punyai.

"Premier League merupakan kompetisi yang sangat menuntut. Anda tidak bisa lagi mengandalkan keterampilan. Jika mengira bisa menang hanya dengan kualitas, liga ini akan membunuh Anda,” kata Hiddink.

Jika bermain kotor bukan hanya diartikan sebagai permainan keras, maka berarti pemain Chelsea harus bisa melakukan tipu-tipu atau trik demi keuntungan tim.

Bisa dalam bentuk berpura-pura kesakitan dengan harapan lawan terkena kartu merah atau melakukan diving berharap dihadiahi penalti.

Anak Sekolahan

Dilihat dari kacamata fair play, permainan kotor seperti amat menyebalkan. Namun, demi sebuah tujuan, hal tersebut bisa dilakukan dalam alam profesionalisme.

"Para pemain harus mulai melakukan apa yang saya sebut sebagai dirty work. Jika punya kualitas ini, mereka bisa memanfaatkannya dengan baik dan kemudian menikmati hasilnya," kata Hiddink.

Kapten John Terry mengaku setuju agar rekan-rekannya bermain lebih keras dan sedikit bermain drama. Pasalnya, Terry merasa Chelsea sudah mengecewakan banyak pencintanya sepanjang musim ini.

Sebenarnya, beberapa pemain Chelsea yang ada merupakan sosok yang bisa bermain keras sekaligus bermain drama. Striker Diego Costa dan gelandang Jon Obi Mikel contohnya, terkenal temperamental dan mampu bermain drama dengan baik.


Diego Costa mendorong jatuh Laurent Koscielny dalam pertandingan Premier League versus Arsenal, 19 September 2015.(ROSS KINNAIRD/GETTY IMAGES)

Chelsea jangan sampai seperti tim tetangga di kota London, yaitu Arsenal, yang pernah mendapat julukan sebagai tim anak sekolahan sekitar lima tahun silam.

Saat itu, Arsenal mendapatkan pujian karena bermain cantik, namun sekaligus ejekan karena hasilnya selalu nihil.

Pada setiap musim Arsenal selalu berakhir pada sebatas pujian atas performa impresif, terutama pada paruh pertama. Ketika kompetisi memasuki paruh kedua, pujian berubah menjadi makian bahwa Arsenal adalah tim yang tidak berpengalaman.

Kondisi tersebut sempat membuat striker Emmanuel Adebayor meminta kepada pelatih Arsene Wenger agar Arsenal juga bermain kotor.

"Banyak orang membicarakan Arsenal memainkan sepak bola bagus dan indah. Sepak bola bagus itu baik, tetapi kami tidak memenangi apa pun. Sesungguhnya Anda bermain untuk menang," katanya.

Pada era 1990-an, Arsenal merupakan pemegang rekor kartu terbanyak. Akan tetapi, pada masa itu Arsenal justru banyak memenangi trofi dan merajai Premier League.

Sepertinya Chelsea kini harus lebih realistis dengan tidak lagi menjaga permainan pada keterampilan yang menghasilkan permainan indah dan cantik semata. Tim justru bisa lebih hidup dan dinamis setelah dilepas untuk bermain dengan berbagai cara.

Penulis: Dedi Rinaldi

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P