Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Juventus menunjukkan diri sebagai salah satu tim terbaik di Eropa. Bukan hanya mereka tak tersentuh di level domestik, mereka juga sulit dikalahkan di kompetisi antarklub Eropa.
Penunjukan Massimiliano Allegri sebagai pengganti Antonio Conte, yang pergi hanya dua hari sebelum masa pramusim dimulai, menghadirkan beragam reaksi.
Namun, Allegri malah melakukan hal yang tak bisa dilakukan pendahulunya, dengan menggunakan tim yang mayoritas masih merupakan bawaan Conte!
Pada musim itu, Juve nyaris meraih treble. Satu-satunya kegagalan ialah ketika tak mampu mengalahkan Barcelona di final Liga Champions. Allegri memimpin timnya menjuarai Serie A dan Coppa Italia.
Allegri mengubah pendekatan dengan menjadikan Juventus lebih ofensif tanpa menghilangkan kekuatan lini belakangnya. Di Eropa, Allegri berani meninggalkan sistem 3-5-2.
[video]https://video.kompas.com/e/4669081197001_ackom_pballball[/video]
Pilihan Allegri jatuh kepada sistem 4-3-1-2. Biasanya, Roberto Pereyra atau Arturo Vidal yang berperan sebagai gelandang serang di belakang dua bomber.
Sistem empat bek itu juga sering digunakan di Serie A dengan kombinasi sistem 4-3-2-1 atau 4-3-3.
Juventus di Serie A masih terlalu kuat. Lihat saja jarak 17 angka dengan AS Roma yang ada di peringkat dua. Padahal, I Lupi diharapkan bisa menjadi penantang serius buat Juventus.