Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kilas Balik 2015: Juventus Raja Italia

By Kamis, 31 Desember 2015 | 20:15 WIB
Para pemain dan ofisial Juventus merayakan keberhasilan mereka menjuarai Coppa Italia 2014-2015 usai mengalahkan Lazio di Stadio Olimpico, Roma, Italia, pada 20 Mei 2015. (PAOLO BRUNO/GETTY IMAGES)

Juventus menunjukkan diri sebagai salah satu tim terbaik di Eropa. Bukan hanya mereka tak tersentuh di level domestik, mereka juga sulit dikalahkan di kompetisi antarklub Eropa.

Penunjukan Massimiliano Allegri sebagai pengganti Antonio Conte, yang pergi hanya dua hari sebelum masa pramusim dimulai, menghadirkan beragam reaksi.

Namun, Allegri malah melakukan hal yang tak bisa dilakukan pendahulunya, dengan menggunakan tim yang mayoritas masih merupakan bawaan Conte!

Pada musim itu, Juve nyaris meraih treble. Satu-satunya kegagalan ialah ketika tak mampu mengalahkan Barcelona di final Liga Champions. Allegri memimpin timnya menjuarai Serie A dan Coppa Italia.

Allegri mengubah pendekatan dengan menjadikan Juventus lebih ofensif tanpa menghilangkan kekuatan lini belakangnya. Di Eropa, Allegri berani meninggalkan sistem 3-5-2.

[video]https://video.kompas.com/e/4669081197001_ackom_pballball[/video]

Pilihan Allegri jatuh kepada sistem 4-3-1-2. Biasanya, Roberto Pereyra atau Arturo Vidal yang berperan sebagai gelandang serang di belakang dua bomber.

Sistem empat bek itu juga sering digunakan di Serie A dengan kombinasi sistem 4-3-2-1 atau 4-3-3.


Paul Pogba dan Carlos Tevez merayakan kemenangan Juventus di final Coppa Italia, 20 Mei 2015 di Roma, Italia(GIUSEPPE BELLINI/GETTY IMAGES)

Juventus di Serie A masih terlalu kuat. Lihat saja jarak 17 angka dengan AS Roma yang ada di peringkat dua. Padahal, I Lupi diharapkan bisa menjadi penantang serius buat Juventus.

Status tersebut sempat Roma jalankan dengan baik pada awal musim. Namun, mulai Oktober performa tim terus inkonsisten. Rentetan hasil buruk pada 2015 menegaskan Roma belum mengalami perkembangan dari musim sebelumnya.

[video]https://video.kompas.com/e/4646716505001_ackom_pballball[/video]

Ada banyak hal yang membuat Roma gagal memenuhi potensi. Cedera, ditinggal pemain top, serta kewajiban tampil di Liga Champions menguras tenaga dan mental para pemain. Napoli juga gagal mengganggu laju Juventus akibat masalah serupa.

Secara umum, ada statistik yang menunjukkan Serie A bukan liga yang membosankan. Serie A 2014-2015 mengumpulkan 1.024 gol atau rata-rata 2,72 gol per partai!

Total gol itu merupakan yang tertinggi di antara lima liga top Eropa: La Liga (2,66), Premier League (2,57), Ligue 1 (2,49), dan Bundesliga (2,66).

Penulis: Anggun Pratama

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P