Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Saat berstatus sebagai kampiun Premier League pada 2011/12, City diarsiteki oleh eks trequartista (penyerang lubang) jempolan asal Italia, Roberto Mancini.
Namun, filosofi City pada rentang 2009 sampai 2013 adalah paradoks dari karakter Mancini, yang semasa bermain kerap mengumbar keindahan dan fantasi.
Di bawah kendali Mancini, Citizens berkembang menjadi tim yang mengutamakan keseimbangan dan cenderung pragmatis.
"Saya suka kemenangan 1-0. Ketika Anda tak menderita gol dan punya pemain seperti Edin Dzeko, Carlos Tevez, atau David Silva, Anda 90 persen menang.
Saya lebih suka terlihat membosankan dalam dua atau tiga partai dan kami menang 1-0," kata Mancini di Guardian pada Februari 2011.
Bukan hal yang janggal dalam tiga musim era kepelatihan Mancini, City dua kali meraih label sebagai tim pemilik lini defensif terbaik alias paling jarang kebobolan.
Fakta di atas merupakan hal yang membuat manajer City sekarang, Manuel Pellegrini, bisa membusungkan dada.
Sekalipun rumor bahwa posisinya akan digantikan Pep Guardiola pada akhir musim 2015/16 terus berembus kencang, Pellegrini bisa tenang karena dirinya yakin telah meninggalkan jejak identitas yang begitu kentara.
Pellegrini mengantar City menjuarai Premier League 2013/14 dengan caranya sendiri.
[video]https://video.kompas.com/e/4702850119001_ackom_pballball[/video]