Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kekalahan 3-4 Everton dari Stoke di Goodison Park pada Senin (28/12/2015) menunjukkan kelemahan pasukan Toffees yang membuat mereka kesulitan merangsek ke papan atas.
Walau lini menyerang pasukan Roberto Martinez impresif, klub memiliki lubang di lini belakang dengan para pemain bertahan hijau dan kurang pengalaman.
Everton padahal sempat memimpin 3-2 kontra Stoke berkat dua gol Romelu Lukaku dan satu dari Gerard Deulofeu dengan 20 menit tersisa.
Akan tetapi mereka memberikan tim tamu jalan kembali ke laga.
Lukaku cs memang galak di depan gawang. Mereka mencetak 35 gol sejauh ini, pencetak gol kedua terbanyak liga setelah Leicester City dan Manchester City yang sama-sama mencatatkan 37 gol.
Hanya, komposisi tim mereka timpang. Toffees adalah tim paling bocor (kebobolan 28 gol) dari 11 kubu teratas klasemen dan Everton kemasukan 12 kali dari 6 laga terakhir.
[video]https://video.kompas.com/e/4678061626001_ackom_pballball[/video]
Seusai laga kontra Stoke, pelatih Roberto Martinez mengakui bahwa timnya sedikit terlalu naif dalam bertahan.
"Terkadang, kami sangat ingin mencetak gol dan memenangi laga sehingga pertahanan tim terbuka. Kami perlu benahi hal ini," ujar Martinez kepada Talk Sport.
Selain itu, BBC juga mengutarakan bahwa lini belakang klub yang masih minim pengalaman rentan tereksploitasi.
Dua bek muda John Stones (21) dan Brendan Galloway (19) merengkuh banyak waktu tampil musim ini.
Stones sudah 17 kali turun serta Galloway 14 kali. Setelah Phil Jagielka cedera, Ramiro Funes Mori (24), yang baru datang dari Liga Argentina, juga tampil 14 kali.
Wajar apabila Stoke dan tim-tim lain di Premier League bisa berulang kali membelah pertahanan mereka. Stones bahkan melakukan kesalahan fatal saat menjatuhkan Marko Arnautovic pada menit-menit akhir laga.
"Pertahanan ini perlu menjadi dewasa secara cepat," ujar pandit BBC, Alan Shearer.
[video]https://video.kompas.com/e/4678057382001_ackom_pballball[/video]