Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pada 2013, Stephen Curry gagal mencapai kesepakatan kontrak dengan Nike. Kesempatan itu dimanfaatkan Under Armour untuk mengikat guard Golden State Warriors tersebut.
"Target kami adalah membangun merek basket senilai 1 miliar dolar AS (13 triliun rupiah), dimulai dengan Curry," kata Kevin Plank, Chief Executive Under Armour, seperti dilansir ESPN.
Keputusan Under Armour menjadikan Curry sebagai model merek sepatu basket mereka terbukti tepat.
Kebintangan pemain berusia 27 tahun itu, yang mempersembahkan titel NBA pertama buat Warriors setelah 1975 dan meraih gelar MVP pada musim lalu, berimbas positif terhadap penjualan sepatu basket Under Armour.
Dalam tahun-tahun awal sejak memutuskan bermain di pasar sepatu basket pada 2006, Under Armour mengalami kesulitan menembus dominasi Nike.
Namun, setelah meminang Curry, penjualan sepatu basket perusahaan aparel asal AS itu meningkat empat kali lipat.
Kehebatan Curry di atas lapangan membuat sepatu-sepatu Under Armour mulai dikenal dunia. Merek sepatu pertama Curry bersama Under Armour, Curry One, laku keras seiring meningkatnya popularitas sang pemain yang dikenal jago menembak tiga angka itu.
Bintang Langka
Pada akhir kuarter ketiga tahun ini, keuntungan Under Armour naik 28 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Profit itu mayoritas berasal dari penjualan sepatu basket yang meningkat 61 persen. Bahkan, sejak nama Curry semakin menjulang, saham Under Armour meroket sebesar 13 persen.
"Stephen merupakan bintang besar yang langka. Dia sosok yang tepat untuk membantu merek kami terus berkembang," ujar Peter Murray, Vice President of Global Brand and Sports Marketing Under Armour, kepada MarketWatch.
Under Armour memang masih belum bisa menggeser posisi Nike, yang menguasai 90 persen bisnis sepatu basket dunia. Namun, dengan performa hebat Curry yang terus meroket sampai musim ini, Under Armour berada di jalur yang tepat dalam meretas jalan menuju impian awal mereka.
"Nama Curry semakin dikenal secara global. Dia memberi kami pelajaran berharga, yaitu harus punya mimpi yang besar," kata Plank.
Penulis: Oka Akhsan