Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ketua Komite Ad Hoc Agum Gumelar mengaku tengah berusaha untuk dapat menemui Presiden Joko Widodo. Pasalnya, Agum merasa sudah waktunya Tim Ad Hoc melaporkan hasil kerjanya dalam sebulan terakhir ini.
“Saya merasa memiliki tanggung jawab untuk melaporkan apapun yang kami usahakan tentang tata kelola sepak bola Indonesia,” ujar Agum, saat ditemui awak pers di kediamannya, di Jalan Panglima Polim, Jakarta, Selasa (22/12) malam.
Selain menyerahkan laporan, Agum pun ingin berbicara panjang-lebar dengan Jokowi, sapaan akrab Joko Widodo, untuk menjalin pengertian yang sama antara pemerintah dengan Tim Ad Hoc.
Menurut Agum, masih banyak hal yang tidak pemerintah mengerti mengenai tim tersebut. Buktinya, hingga saat ini pemerintah masih belum menyerahkan perwakilannya untuk bergabung dengan Tim Ad Hoc.
“Membuat pengertian itu harus melalui komunikasi. Tanpa komunikasi, tidak mungkin ada kesepahaman,” tuturnya.
“Setelah bertemu, saya harap pemerintah mengerti kenapa kami membentuk komite, dan hal apa saja yang akan menjadi pekerjaan kami ke depannya. Kemudian, saya juga harus mengerti kenapa pemerintah masih belum bergabung,” kata Agum.
Komite Ad Hoc merupakan buah dari pertemuan antara FIFA dan Presiden Joko Widodo, awal November 2015. Saat itu di hadapan FIFA, presiden mengeluh soal tata kelola sepak bola Indonesia yang buruk. Tak hanya itu, Jokowi, sapaan akrab Joko Widodo, pun mengutarakan soal adanya mafia di dunia sepak bola Tanah Air.
Untuk menjawab keresahan presiden, FIFA menginisiasi untuk membentuk kelompok bernama Komite Ad Hoc. Komite ini bertujuan untuk mereformasi tata kelola sepak bola Indonesia, seperti yang dikeluhkan oleh Presiden Jokowi.
Namun hingga saat ini, pemerintah dan APPI belum menyerahkan perwakilannya untuk ikut berembuk dengan komite ini. Padahal, hasil dari pekerjaan komite ini akan ditinjau oleh FIFA pada kongres mereka Februari 2016 mendatang.