Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Penyerang andalan Leicester City, Riyad Mahrez, kini layak disebut sebagai raja Inggris seiring kesuksesan mengantar klubnya memimpin klasemen Premier League 2015-2016. Namun, jika di Inggris Mahrez ibarat raja, ia bukanlah siapa-siapa di tanah kelahirannya, Prancis.
Mahrez (24 tahun) menyuguhkan performa fantastis bersama Leicester di Premier League 2015-2016. Ia terlibat dalam 20 dari total 37 gol yang dibuat The Foxes.
Perinciannya, Mahrez mengemas 13 gol plus tujuh assist musim ini. Tak ada pemain EPL lain yang memberikan kontribusi sebesar Mahrez.
Tak heran jika ia kini disebut sebagai raja Inggris.
"Mahrez selama ini kerap menjadi penentu kemenangan kami. Jika bukan mencetak assist, ia membuat gol. Ia menciptakan momen spesial dan memberikan mimpi buruk bagi bek. Ia layak mendapatkan penghargaan," kata bek Leicester, Wes Morgan, di Leicester Mercury.
Anehnya, talenta hebat Mahrez justru tak terendus di Prancis, yang merupakan tanah kelahirannya. Selama berkarier di Prancis, Mahrez yang berkewarganegaraan Aljazair tak pernah mentas di kompetisi kasta teratas.
Mahrez mengawali karier sepak bola di klub kota kelahirannya, Sarcelles. Ia kemudian merasakan kompetisi CFA (kompetisi amatir) selama semusim bersama Quimper, sebelum akhirnya bergabung dengan kontestan Ligue 2 (divisi dua), Le Havre, sampai Januari 2014.
Mahrez lantas dijual Le Havre ke Leicester pada Januari 2014 dengan harga hanya 400 ribu euro. Mahrez memang kurang "laku" di Prancis.
Wakil Presiden Quimper, Yvon Kermarec, pernah mendapatkan penolakan saat hendak menawarkan Mahrez ke Stade Brestois.
"Saya menawarkan Mahrez muda kepada Corentin Martins (eks pelatih Brest), tetapi ia tidak menginginkannya," kata Kermarec.
Penolakan dari klub Prancis tak berhenti di situ. Pada Desember 2014, Leicester diketahui sempat menawarkan Mahrez kepada klub raksasa Ligue 1, Marseille.
"Anda berpikir bahwa pemain Leicester punya tempat di Marseille, dalam proyek kami? Untuk menghemat waktu, saya tegaskan bahwa kami mencoba bersikap profesional dan kualitatif dalam merekrut pemain. Kemungkinan kami merekrut pemain tersebut adalah nol," tutur Presiden Marseille, Vincent Labrune, kepada France Football.