Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Banyak hal dipecahkan dalam Piala Asia 2015. Satu yang pasti, Australia sukses baik sebagai penyelenggara maupun peserta. Australia baru pertama kali menyelenggarakan Piala Asia sejak diterima sebagai anggota AFC pada 2006.
Piala Asia 2015 dijadikan ajang bagi sejumlah tim buat membuktikan diri setelah gagal di Piala Dunia 2014, seperti Jepang, Korea Selatan, Iran, dan sang tuan rumah Australia.
Bukan kebetulan juga bila dua tim di antara empat negara tersebut tampil di final: Australia dan Korea Selatan.
Laga puncak tersebut menjadi penutup istimewa turnamen. Duel berlangsung sengit. Muncul momen dramatis ketika Korea Selatan menyamakan kedudukan menjadi 1-1 pada ujung babak kedua sehingga memaksa duel berlanjut ke babak tambahan waktu. Australia kembali unggul setelah James Troisi mencetak gol pada ujung babak pertama periode ekstra.
Usai tampil sebagai juara, Australia menjadi negara pertama yang mampu merebut trofi tertinggi di dua konfederasi. Sebelum menjuarai Piala Asia 2015, Socceroos merupakan jawara OFC Nations Cup 1980, 1996, 2000, dan 2004.
Gelandang Australia yang memiliki darah Indonesia, Massimo Luongo, muncul sebagai pemain terbaik turnamen. Ia mencetak gol pertama Australia di final dan tampil konsisten sepanjang kejuaraan. Atas performanya itu, Luongo sampai masuk dalam daftar kandidat peraih Ballon d'Or 2015.
Ada hal lain yang menarik. Palestina menjadi tim debutan di Piala Asia 2015. Sebagai tim anyar, Palestina disebut memainkan sepak bola positif nan menghibur meski mereka selalu kalah.
Total 705.705 penonton yang datang langsung ke stadion menunjukkan Australia tergolong sukses dalam hal penyelenggaraan. Rata-rata 22 ribu orang menyaksikan langsung setiap pertandingan di stadion. (Anggun Pratama).
Data-Fakta
Tak ada hasil imbang yang terjadi di fase grup. Sepanjang turnamen, cuma ada empat laga berakhir sama kuat setelah menyelesaikan 90 menit, termasuk final.