Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Banyaknya agenda turnamen setelah bergulirnya Piala Jenderal Sudirman yang sebentar lagi memasuki fase semifinal bukannya membuat publik optimistis terhadap kelangsungan masa depan sepak bola Indonesia. Justru sebaliknya, hal tersebut membuat nasib kompetisi di tengah sanksi FIFA kian mengambang.
Betapa tidak, hingga saat ini belum ada titik temu penyelesaian polemik antara Menpora dan PSSI yang berdampak pada tidak bergulirnya kompetisi.
“Siapa pun yang memegang, kompetisi harus diputar kembali, situasi sepak bola yang ada saat ini adalah bentrok antara pemerintah dan PSSI. Ini tidak boleh berlarut,” ungkap pelatih Arema Cronus, Joko Susilo.
Joko juga menyerukan bahwa kedua pihak harus bersatu dan duduk bersama mencari solusi terkait masa depan sepak bola Indonesia. Sebab, tidak mungkin turnamen akan terus-menerus berjalan karena tidak ada target jangka panjang. Hal ini juga berdampak pada kiprah tim nasional Indonesia di mata internasional yang kian terancam.
“Ini sudah satu tahun terjadi, baik PSSI maupun pemerintah harus bersatu. Bukannya di sekolah-sekolah juga sudah didengungkan semangat untuk bersatu, sementara penguasa kita sendiri begitu,” tuturnya.
Keresahan yang sama juga diungkapkan oleh Kas Hartadi. Pelatih Pusamania Borneo FC ini ingin situasi sepak bola Indonesia kembali normal.
“Tentu yang kita rindukan adalah kompetisi. Semoga situasi sepak bola Indonesia kembali normal,” ungkapnya.