Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Manchester City hanya mendapat kesempatan menguasai puncak klasemen Premier League selama 22 jam pada pekan ke-16.
City sempat melampaui Arsenal dan Leicester karena tampil lebih dulu dan meraih kemenangan susah payah atas Swansea 2-1 (12/12).
Sehari kemudian, The Citizens lengser ke peringkat dua akibat tripoin Arsenal di kandang Aston Villa.
Pasukan Manuel Pellegrini akhirnya harus rela kembali turun ke peringkat tiga, habitat yang mereka tempati pekan sebelumnya, setelah Leicester memukul Chelsea (14/12).
Pergeseran posisi yang terjadi begitu cepat dan ketat menghadirkan satu kesimpulan bagi Pellegrini.
"Gelar juara musim ini akan sangat sulit diperoleh karena catatan poin semua tim sekarang tidak normal. Anda tak akan mengalaminya dalam setiap musim di Premier League. Mungkin tim-tim kali ini lebih kuat atau pertandingan berjalan lebih ketat," ucap peramu taktik asal Cile itu seperti dilansir The Guardian.
"Setiap periode itu berbeda, tetapi menjuarai Premier League musim ini akan sangat sukar. Untuk menjadi juara, sebuah tim bisa jadi tidak perlu meraih sampai 80 poin," katanya.
[video]https://video.kompas.com/e/4659000634001_ackom_pballball[/video]
Andai prediksi Pellegrini itu terwujud, Premier League 2015-2016 akan melahirkan kampiun dengan koleksi poin terminim sejak pergantian ke milenium ketiga.
Sejak kompetisi level teratas Inggris memakai format baru pada 1992-1993, hanya ada tiga kejadian tim juara lahir dengan koleksi kurang dari 80 poin.
Momen langka tersebut terakhir kali muncul pada 1998-1999. Dalam perjalanan merengkuh trigelar musim itu, Manchester United mengakhiri liga domestik dengan raihan 79 angka.
Dua peristiwa lain terjadi pada 1997-1998 dengan juaranya Arsenal (78 poin) dan trofi musim 1996-1997 milik United (75).
Jika kuota 80 angka menjadi target psikologis musim ini, Man. City harus berupaya lebih keras meningkatkan laju rasio poin mereka.
Sampai pekan ke-16, The Citizens rata-rata meraup dua angka per partai. Andai laju seperti itu bertahan sampai akhir musim, City hanya akan finis dengan 76 poin.
Apabila parameter rasio yang sama dipakai untuk pesaing lain, saat ini cuma Leicester yang punya proyeksi menembus kuota 80 angka.
Sang pemimpin klasemen sementara itu mencatat rata-rata 2,18 poin per pekan.
Menjurus Pragmatis
Persaingan yang semakin ketat tampaknya membuat setiap tim dituntut mengedepankan hasil akhir ketimbang proses mendapatkannya.
Karena itu, sikap pragmatis tidak melulu dianggap tabu, bahkan oleh tim stylish sekelas City.
"Tentu saja saya selalu bilang bahwa yang terpenting adalah kemenangan. Namun, untuk memenangi banyak laga, Anda harus mencoba bermain baik," ujar Pellegrini, yang menilai performa klubnya akhir pekan lalu sebagai kemenangan yang "buruk".
"Mungkin Swansea tampil lebih baik daripada kami. Namun, City kali ini bermain lebih baik daripada tim kami ketika gagal menang atas West Ham (19/9/2015) meski memiliki 18-20 peluang mencetak gol," tutur sang manajer.
Dalam tiga partai terakhir di 2015, City punya peluang menyalip Arsenal dan Leicester di klasemen karena bakal melakoni duel langsung dengan para rival tersebut.
Setelah bertamu ke Arsenal Sabtu (21/12/2015) ini, Raheem Sterling cs. akan menghadapi Sunderland (26/12/2015), lalu berkunjung ke Leicester (29/12/2015).
Dalam agenda pelik tersebut, kejelian Pellegrini dalam mengubah dan menentukan sikap timnya akan sangat krusial.
Apa yang akan terjadi? Kemenangan buruk ataukah hasilnya yang buruk?
Penulis: Beri Bagja
[video]https://video.kompas.com/e/4665285687001_ackom_pballball[/video]