Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Surabaya United menjadi tim paling lemah dalam urusan bertahan di antara tujuh tim lain yang lolos ke babak delapan besar.
Skuat besutan Ibnu Grahan itu menjadi tim dengan angka kebobolan terbanyak, yaitu enam gol dari empat laga.
Bila mengacu pada catatan itu, sebenarnya Surabaya tidak terlalu buruk. Sebab, PS TNI dan Pusamania Borneo FC kemasukan lima gol.
Namun, bila melihat angka tembakan ke gawang yang diterima Surabaya, wajar jika mereka menjadi tim paling lemah. Menurut statistik dari Labbola, Jendri Pitoy dkk harus menerima 21 tembakan tepat sasaran. Angka tersebut menjadi yang terbesar di antara tim lain.
Sebanyak 15 tembakan memang bisa dimentahkan, tetapi sisanya berhasil menembus pertahanan kiper.
Dua kiper yang diturunkan Ibnu, Jendry dan Thomas R.B., masing-masing kemasukan tiga gol.
Legimin Raharjo, Manahati Lestusen (PS TNI), Sultan Samma (Pusamania Borneo FC), Emile Mbamba, dan Yogi Novrian (Persela) menjadi nama-nama yang menodai gawang Surabaya United.
Dari segi menit, 50 persen gol hadir di babak pertama dan 50 persen lagi terjadi pada 45 menit kedua. “Gol-gol yang seharusnya tidak perlu diderita justru terjadi. Hal itu yang harus kami perbaiki selama jeda sebelum babak delapan besar nanti,” tutur Ibnu.
Sementara itu, Persipura menjadi tim yang paling jago dalam meredam serangan lawan. Tim berjulukan Mutiara Hitam itu hanya delapan kali menerima tembakan lawan.
Namun, bukan berarti system pertahanan mereka tak butuh evaluasi besar-besaran. Kebobolan tiga gol dari delapan tembakan yang mengarah ke gawang seharusnya menjadi fokus pelatih Osvaldo Lessa.
Penulis: Kukuh Wahyudi
Ikuti perkembangan berita ini dalam topik: