Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pemain Ini Bikin Juve Kian Sangar dari Sisi Terluar

By Jumat, 4 Desember 2015 | 14:30 WIB
Mario Mandzukic saat berduel dengan pemain Palermo Edoardo Goldaniga pada pekan ke-14 Serie A 2015-2016 di Renzo Barbera. (Tullio M. Puglia/GETTY IMAGES)

Menyerang lewat sisi terluar menjadi preferensi Antonio Conte pada masa-masa awalnya menukangi Juventus empat tahun lalu. Walau sempat hilang, Bianconeri kini kembali ke skema serupa dengan Mario Mandzukic menunjukkan kelihaiannya.

Conte datang ke Juventus pada 2011 dengan ide berupa formasi super ofensif 4-2-4. Seiring berjalannya Serie A 2011-2012, Conte perlahan menanggalkan 4-2-4 dan beralih ke skema 3-5-2 yang lebih menjanjikan keseimbangan.

Meski begitu, 4-2-4 dan 3-5-2 sebenarnya punya kesamaan. Penetrasi aktif via sayap menjadi salah satu syarat agar kedua formasi itu bisa berjalan oke.

Bukan hal yang aneh jika pada 2011-2012 dan 2012-2013, Juventus asuhan Conte selalu masuk lima besar tim Serie A dengan koleksi operan silang terbanyak.

Hanya, bisa dibilang operan silang yang dibuat Juve pada sepasang musim tersebut kerap berujung mubazir.

Penyebabnya adalah Juventus tak memiliki striker bertipe big man (penyerang berpostur besar yang tangguh dalam bola-bola udara) pada 2011-2012 dan 2012-2013.

Kala itu, Conte mengandalkan duet Mirko Vucinic-Alessandro Matri (2011-2012) serta Vucinic-Sebastian Giovinco (2012-2013).

[video]https://video.kompas.com/e/4636871048001_ackom_pballball[/video]

Perekrutan Fernando Llorente pada 2013-2014 dimaksudkan agar Juve lebih bisa memaksimalkan suplai mengalir dari personel sayap.

Akan tetapi, adaptasi lambat Llorente dengan gaya sepak bola Italia akhirnya "memaksa" Conte untuk sedikit mengubah pendekatan.

Daripada melihat banyak bola silang terbuang percuma, pada 2013-2014 Conte fokus buat memaksimalkan kecepatan Carlos Tevez dengan cara banyak melakukan penetrasi via sektor tengah.

Di Serie A 2013-2014, sebanyak 35 persen serangan Si Nyonya Tua terjadi di area sentral permainan. Ketika itu, Juve bersama Catania menjadi tim yang paling doyan menyerang di wilayah tengah.

Masuknya Massimiliano Allegri menggantikan Conte di kursi pelatih Juve pada 2014-2015 melanggengkan pendekatan tersebut. Kendati tetap mempertahankan 3-5-2 warisan Conte, Allegri sangat sering mengandalkan 4-3-1-2, dengan titik berat serangan di area sentral.

Pelan tapi pasti, Mandzukic menunjukkan bahwa ia adalah seorang centravanti (penyerang tengah) sejati yang cakap menyambar suplai dari lini sayap.

Namun, pergerakan di bursa transfer musim panas 2015 bisa dibilang telah mengembalikan Juventus ke "khitahnya", yakni menyerang via sayap.

Musim ini Allegri tak mendapatkan sosok trequartista (penyerang lubang) dambaan yang memungkinkan dirinya konsisten menggeber 4-3-1-2.  

Alhasil, pada 2015-2016 formasi yang banyak dipakai pelatih asal Livorno itu adalah 3-5-2 dan 4-3-3. Namun, beda Juve 2015-2016 dengan tim era Conte pada 2011-2012 dan 2012-2013 adalah keberadaan Mario Mandzukic.

Pelan tapi pasti, Mandzukic menunjukkan bahwa ia adalah seorang centravanti (penyerang tengah) sejati yang cakap menyambar suplai dari lini sayap.

Mandzukic, yang direkrut dari Atletico Madrid pada Juni silam, telah mengemas enam gol dalam 15 partai bersama Juventus di semua ajang musim ini. Catatan tersebut tampak biasa-biasa saja.

Akan tetapi, hal yang patut digaris bawahi adalah lima dari enam gol Mandzukic tercipta berkat kesigapan sang striker menyambut operan silang.  

"Mandzukic mungkin bukan pemain paling berkelas dengan teknik terbaik. Namun, ia punya karakteristik yang berguna bagi tim ini. Tentu ia lebih suka bola silang menuju tiang jauh, tapi dirinya bekerja untuk tim dan menahan bola," kata Allegri di Sky Sport Italia.

[video]https://video.kompas.com/e/4625525052001_ackom_pballball[/video]

Karakter Mandzukic jelas menunjang pendekatan Juve 2015-2016 yang gemar melepas operan silang. Personel Si Nyonya Tua musim ini tercatat membuat 24 crossing per laga, alias cuma kalah banyak dari Lazio (27).

Fakta lain yang bisa menjadi pegangan Allegri untuk lebih mengedepankan Mandzukic ketimbang Alvaro Morata adalah soal konsistensi. Sejak mengawali karier profesional pada 2005, hanya dua kali Mandzukic gagal mencapai perolehan dua digit gol di liga.

Striker asal Kroasia itu adalah alasan kenapa bendera Juve bisa gagah berkibar, di kala musim ini Si Nyonya Tua kembali gencar melepas suplai bola dari sisi terluar.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P