Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Topik mengenai anomali soal Inter Milan yang berada di papan atas klasemen Serie A musim ini tetap menjadi materi bahasan media-media Italia.
Akibat kekalahan 1-2 di kandang Napoli pada awal pekan, Inter Milan harus menyerahkan singgasana ke tangan tim Italia Selatan itu. Hasil negatif tersebut menyisakan perbedaan yang jelas di antara kedua kubu.
Munculnya Gonzalo Higuain sebagai pengukir dwigol kemenangan Napoli sepatutnya membuat Inter iri. Azzurri, julukan Napoli, semakin sahih menjadi salah satu calon kuat peraih scudetto 2015-2016 karena memiliki modal lengkap. Mereka punya predator tajam sekelas Higuain, yang sudah mengukir 12 gol sampai pekan ke-14.
Status bomber Argentina itu kini ialah raja gol sementara Serie A. Secara total, Napoli mencatat produktivitas tertajam ketiga di liga dengan koleksi 26 gol. Mereka cuma kalah dari AS Roma (29 gol) dan Fiorentina (27).
Pada sektor berlawanan, pasukan Maurizio Sarri merupakan pemilik pertahanan tertangguh lantaran baru kebobolan sembilan kali. Bagaimana dengan Inter?
Dalam aspek pertahanan, skuat racikan Roberto Mancini berbagi tempat dengan Napoli sebagai tim paling sedikit menderita gol. Namun, komparasi menjadi jomplang apabila menengok divisi produksi gol di lini depan.
Sudah menjadi pembahasan umum bahwa kekurangan Inter musim ini adalah minim mencetak gol. Meski menghuni kursi runner-up, I Nerazzurri kalah tajam dibandingkan tim peringkat ke-14, Sampdoria. Mauro Icardi cs. baru mencetak 17 gol, sedangkan Sampdoria 20 biji.
Koleksi gol seisi tim Nerazzurri itu bahkan kalah banyak dari catatan gabungan dua pemain serang Napoli, Higuain dan Lorenzo Insigne (19 gol)! Sorotan nyata lagi-lagi mengarah kepada sang bomber nomor sembilan, Icardi. Saat melawan Napoli, striker Argentina itu seperti menghilang.
Ketika klub bermain dengan 10 orang akibat kartu merah Yuto Nagatomo, Mancini mengorbankan Icardi dan menggantinya dengan pemain bertahan. Penyerang sayap Adem Ljajic pun digeser menjadi false nine alias striker tengah semu. Hasilnya justru lebih baik karena Inter mampu mencetak gol.
Mancini punya tugas berat mendongkrak ketajaman lini depan mereka yang memiliki rataan mencetak gol sangat rendah. Inter punya enam pemain ofensif, tapi mereka secara gabungan baru mengumpulkan 10 gol dalam 14 pekan!