Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Adriyanti Firdasari tak kuasa menahan tangis saat namanya dipanggil memasuki lapangan pada babak pertama Indonesian Masters 2015, Rabu (2/12/2015).
Laga melawan Chen Yufei (China) pada turnamen yang digelar di Graha Cakrawala, Malang, Jawa Timur, itu menjadi pertandingan terakhir Firda dalam kariernya di dunia bulu tangkis.
Sayangnya, Firda gagal meninggalkan kenangan manis pada laga terakhirnya. Ia terpaksa mundur di tengah laga karena cedera lutut yang menghantuinya kembali hadir.
"Kalau mau jujur, rasanya berat sekali. Waktu nama saya dipanggil masuk lapangan, air mata saya menetes. Rasanya dalam hati ini campur aduk, sedih, terharu, dan ada rasa bangga," kata Firda.
"Ini adalah hal yang harus dilalui, karena semua atlet nantinya akan merasakan hal yang sama. Ternyata waktu saya datang juga," tutur pebulu tangkis spesialis tunggal putri berusia 28 tahun itu.
Setelah tidak lagi menjadi atlet, Firda memutuskan untuk melanjutkan karier sebagai pelatih. Rencana terdekat, ia ingin melatih di klub yang telah membesarkan namanya, Jaya Raya Jakarta.
"Saya bisa merasakan seperti apa bangganya jadi juara dan bagaimana mengatasi rasa down ketika kalah. Saya bangga mendapatkan kesempatan membawa nama Indonesia," kata Firda.
"Mungkin tidak semua orang punya kesempatan seperti ini dan saya sudah mengalaminya dari kecil. Sekarang saatnya saya menularkan ilmu yang saya dapat kepada junior-junior saya," ujarnya.
Selama berkarier sebagai pemain, Firda pernah meraih sejumlah gelar membanggakan, di antaranya medali emas SEA Games Filipina 2005 dan medali perak SEA Games Jakarta 2011.
Selain itu, Firda juga pernah menjadi juara Indonesian Masters 2014, Belanda Terbuka 2006, Juara Selandia Baru 2005, dan ikut membawa Indonesia meraih medali perak Piala Uber 2008 di Jakarta.