Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Para penonton yang memenuhi Madison Square Garden, New York, serentak mengeluarkan yel-yel “Por-Zing-Is… Por-Zing-Is… Por-Zing-Is” ketika tim kesayangan mereka New York Knicks menjamu Charlotte Hornets (17/11).
Kristaps Porzingis, pemuda berusia 20 tahun berkebangsaan Latvia, berhasil medapatkan hati para fans walau ia baru saja bergabung dengan Knicks di awal musim sebagai draft nomor 4 hasil pilihan GM mereka, Sang Zen Master, Phil Jackson.
Publik tak akan melupakan suasana ketika hari draft dilakukan. Knicks. yang memilih Porzingis. Mendapat cibiran dari fans sendiri.
Bahkan, terekam di video seorang anak kecil berusia belasan tahun yang menggunakan jersey Knicks menangis setelah nama Porzingis disebutkan.
Reaksi anak tersebut menyimpulkan bagaimana sikap pesimistis para fans Knicks menyambut kehadiran Porzingis ke tim kesayangan mereka.
Dengan postur tubuh tinggi 217.5 cm, Porzingis adalah pemain yang secara natural merupakan shooter, ya shooter. Diklaim sebagaioversized shooter tentu saja faktor tinggi badan menjadi keuntungan bagi Porzingis untuk dapat melakukan tembakan tanpa bisa dihalangi oleh lawannya.
Namun, bentuk badannya yang sangat kurus dan belum terbukti di level kompetisi basket tinggi menuai banyak kritik. Porzingis disebut belum siap untuk kompetisi di level setinggi NBA.
Phil Jackon kali ini berhasil membuat seluruh fans Knicks di seluruh dunia menjilat ludahnya sendiri.
Dalam tujuh pertandingan awal musim ini, Porzingis berhasil melakukan hal yang sangat fantastis, yaitu melakukan posterize sebanyak enam kali ke lawan yang yang berbeda, termasuk pemain bintang seperti Kevin Love (Cleveland) dan LaMarcus Aldridge (San Antonio).
Posterize adalah istilah di mana pemain basket berhasil mengambil bola dan mencetak angka walaupun badannya dihalangi oleh pemain lawan.
Diklaimn sebagai pemain soft (berbadan tinggi namun memiliki tipikal menghindari kontak dengan pemain lawan) oleh para analis NBA dijawab Porzingis dengan angka 8.6 rebound per game. Sebuah bukti bahwa kemampuannya beradu fisik di paint area sangat baik.
Kemampuan Porzingis mencetak angka pun tergolong luar biasa, yakni 12,8 poin per game hanya dengan rata-rata 25,3 menit per game.
Apalagi, semua angka tersebut didapatkannya tanpa melakukan dominasi dalam membawa bola seperti yang dikatakan oleh coach Derek Fisher.
”Bagian terbaik dari Porzingis adalah kemampuannya melakukan hal baru dalam proses offense tanpa melakukan control terhadap bola,” kata Derek Fisher.
Sebanyak 29 poin dan 11 rebound yang Porzingis cetak saat melawan Hornets menuai banyak pujian dari berbagai pihak mengingat rookie milik Knicks terakhir yang mampu mencetak 27 poin dan 10 rebound di tahun pertama adalah sang legenda Patrick Ewing (1985-86).
Pemain bintang Knicks, Carmelo Anthony, tidak ketinggalan ikut memuji penampilan anak muda Latvia ini.
”Terasa luar biasa mendengar namanya dinyanyikan di arena kami. Saya bangga terhadap dia,” kata Anthony.
Kemampuan mencetak angka Porzingis menjadi alternatif offense bagi Knicks yang selama 2-3 musim ke belakang ini terlalu bergantung pada Melo, panggilan Carmelo Anthony.
Di beberapa game awal musim ini terlihat Melo tidak sedominan musim lalu dalam membawa bola, ia beberapa kali memberikan assist kepada Porzingis.
Mampukah sang rookie ini membawa Knicks (6-6) masuk ke jalur play-off setelah tahun lalu terseok-seok di dasar klasemen?
Penulis: Edward Satria (@Edwardsatria)