Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Duel Klasik 11 November: Chelsea Permalukan Arsenal di Highbury

By Indra Citra Sena - Rabu, 11 November 2015 | 07:40 WIB
Gianluca Vialli, menyumbangkan dua gol dalam kemenangan tandang terbesar Chelsea atas Arsenal. (Gary M. Prior/Allsport)

Rivalitas dua klub penghuni Kota London, Arsenal dan Chelsea, termasuk kategori sengit di Inggris, terutama sejak format kompetisi kasta teratas Negeri Ratu Elisabeth itu berevolusi menjadi Premier League pada 1992.

Keduanya kerap saling mengalahkan, bukan cuma saat bersua di Premier League, tapi juga di ajang lain seperti Piala FA dan Piala Liga Inggris. Tidak jarang pula diwarnai dengan drama serta skor-skor telak.

Secara keseluruhan, Arsenal memang lebih sering keluar sebagai pemenang, terlebih sewaktu markas mereka masih berada di Highbury. Akan tetapi, bukan berarti Tim Gudang Peluru tidak pernah menelan kekalahan di sana.

Salah satu pertandingan yang paling membekas di benak para pendukung Arsenal adalah Putaran IV Piala Liga Inggris 1998. Ketika itu, mereka menyaksikan secara langsung kekalahan kandang terbesar dari Chelsea sepanjang sejarah.

Sebelum laga bergulir, siapapun pasti tidak akan mengira Chelsea bisa membantai Arsenal lima gol tanpa balas di Highbury. Hal ini bahkan berlaku hingga menit-menit awal pertandingan di mana kubu tuan rumah lebih banyak melancarkan tekanan.

Namun, petaka datang tatkala bek Arsenal, Gilles Grimandi, melakukan pelanggaran terhadap gelandang Chelsea, Gustavo Poyet, di kotak terlarang. Wasit lantas menunjuk titik putih dan memberikan hadiah penalti buat tim tamu.

Frank Leboeuf yang maju sebagai eksekutor berhasil menunaikan tugas dengan baik guna membuka keunggulan Chelsea. Skor 1-0 bertahan hingga turun minum.

Di babak kedua, gol demi gol seolah begitu lancar mengalir untuk Chelsea melalui sepasang aksi Gianluca Vialli pada menit ke-49 dan 73’, bunuh diri Nelson Vivas (65’), serta sontekan jarak dekat Poyet (80’).

Arsenal barangkali berdalih bahwa saat itu mereka sengaja tidak  menurunkan kekuatan penuh. Namun, kekalahan tersebut bakal terus dikenang sebagai salah satu momen terburuk Tim Gudang Peluru sepanjang masa.