Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Leicester City: Piza Inovasi Italia

By Jumat, 13 November 2015 | 01:35 WIB
Claudio Ranieri rela mentraktir para pemainnya makan piza dari dana pribadi.

Manajer Chelsea, Jose Mourinho, seharusnya bisa belajar dari Claudio Ranieri soal memotivasi pemain. Cukup dengan hanya menjanjikan seloyang piza kepada pemain, Leicester City bisa terbang tinggi melampaui ekspektasi.

Sampai pekan ke-12, Leicester secara mantap menduduki posisi ketiga klasemen musim 2015/16. Sebuah posisi yang bahkan belum mampu disentuh oleh klub seperti Liverpool, Tottenham Hotspur, bahkan sang juara bertahan, Chelsea.

Leicester, yang memiliki inti pemain “warga kelas dua”, bisa melakukan hal itu. Salah satu sisi menarik yang diterapkan Ranieri yaitu tradisi pesta piza setiap kali tim yang dilatihnya memperoleh kemenangan, terutama tanpa kebobolan.

Ranieri rela mentraktir para pemainnya makan piza dari dana pribadi. Makanan asal Italia itu memang dipilih Ranieri karena dia berasal dari sana.

"Saya bilang ke pemain-pemain di lapangan seusai pertandingan bahwa mereka akan mendapat piza," kata Ranieri.

Terakhir, kemenangan Leicester City tanpa kebobolan terjadi saat menekuk Crystal Palace 1-0 pada 25 Oktober. Lima hari kemudian, Ranieri mengajak anak asuhnya mengunjungi restoran piza. Tidak hanya menikmati piza, pemain Leicester juga belajar cara membuatnya.

Sebenarnya, bagi klub sepak bola profesional Inggris tak dianjurkan mengonsumsi makanan cepat saji. Namun, bagi Ranieri, piza bukan makanan yang harus diharamkan melainkan makanan yang memiliki banyak manfaat, terutama bagi otot.

"Sampanye dan piza sangat baik. Bukan makanan fantastis, tapi baik. Dalam sesi latihan, saya meminta pemain untuk mengonsumsi piza jika mereka ingin makan. Piza merupakan karbohidrat, baik untuk otot. Saya sangat senang," ujar Ranieri.

Entah apakah hal tersebut merupakan gaya pelatih-pelatih asal Italia? Pasalnya, Ranieri bukan pelatih pertama asal Italia yang peduli soal makanan bagi pemainnya

Ala Italia

Kabarnya, segelas anggur mampu membuat kinerja Manchester City meningkat. Resep tersebut datang dari Roberto Mancini saat menjabat pelatih di The Citizens. Memang terdengar aneh karena biasanya para pelatih menghindarkan pemainnya dari alkohol.

Namun, itulah inovasi pertama Mancini setelah ditunjuk menjadi pelatih. Mancini mengoreksi apa yang pemain makan menjelang pertandingan.

"Anda memerlukan lebih banyak ayam, piza, karbohidrat, begitu pula dengan segelas anggur. Akan tetapi, daftar ini tak tersedia di dapur klub,” kata Mancini.

Akhirnya Mancini memerintahkan koki klub untuk menyediakan dan hasilnya The Citizens pernah menuai empat kemenangan secara beruntun.

Inovasi ala Italia juga pernah dijalankan pelatih asal Italia lain, yaitu Fabio Capello, saat memegang timnas Inggris. Capello selalu meminta agar para pemain asuhannya mengganti kebiasaan menuangkan saus di makanan dengan olesan minyak zaitun di selada mereka.

Banyak faktor lain yang terkandung dalam rahasia minyak zaitun. Namun, yang pasti Capello sukses meloloskan Inggris ke Piala Dunia 2010 dengan rekor meyakinkan pada babak kualifikasi.

Mantan Manajer Chelsea, Carlo Ancelotti, juga melakukan sejumlah perubahan menu makanan saat bertugas di Stamford Bridge. Inovasi Don Carlo diakui membuat permainan The Blues menjadi lebih enak ditonton.

Tentu saja pelatih-pelatih asal Italia itu tak sekadar mengandalkan menu makanan untuk meningkatkan kinerja tim. Para pelatih tersebut juga membawa falsafah, metode latihan, dan banyak hal dari sepak bola Italia yang bisa diterapkan dan menghasilkan kinerja bagus. (dedi)