Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Awan hitam di atas langit Camp Nou tampak sudah hilang tak berbekas. Laju tersendat, di mana Barcelona kesulitan menuai lebih dari tiga kemenangan secara beruntun, kini dengan mudah mampu mereka bukukan.
Pada musim 2015/16, laju terbaik Barca ialah tiga kemenangan beruntun. Rentetan itu diraih pada pekan satu-tiga, ketika menekuk Athletic Bilbao (1-0), Malaga (1-0), dan Atletico Madrid (2-1). Setelah itu, kemenangan atas Levante (4-1) disusul kekalahan dengan skor serupa di rumah Celta Vigo.
Sementara itu, dua kemenangan dengan skor 2-1 atas Las Palmas dan Bayer Leverkusen (Liga Champion) diputus kekalahan 1-2 dari Sevilla di Ramon Sanchez Pizjuan.
Kekalahan dari Sevilla itu menandakan partai pertama Barca kehilangan poin penuh tanpa sokongan Lionel Messi. Di samping itu, juga menjadi semacam titik balik dari bergesernya awan hitam dari langit Camp Nou. Maklum, Barca langsung berlari dengan meraih enam kemenangan beruntun.
Memang, sempat ada skor kacamata pada leg pertama babak 32 besar Copa del Rey. Namun, laga tersebut kurang pantas dimasukkan ke dalam perhitungan mengingat Luis Enrique menurunkan tim lapis kedua.
Enam kemenangan yang dimaksud layak masuk kategori istimewa. Selain diwarnai torehan 18 gol, juga dibarengi dengan koleksi empat clean sheet. Sebagai perbandingan, dalam 12 laga sebelumnya Barca hanya mampu meraih dua clean sheet.
Komparasi Messi dan CR7
Artinya, Enrique berhasil menemukan formula tepat guna kembali ke jalur juara. Setidaknya, Lucho mampu memaksa anak buahnya untuk bermain optimal di semua aspek permainan. Baik dalam bertahan, yang dilihat dari 441 menit tanpa kebobolan, maupun dalam menyerang.
Dalam aspek ketajaman, tak ada nama yang paling pantas diusung selain duet Neymar dan Luis Suarez. Keduanya bertanggung jawab akan terciptanya 16 dari 18 gol tersebut. Jika dihitung sejak Messi absen di pertengahan laga versus Las Palmas, tandem berjuluk The Golden Boys itu sudah mengumpulkan 20 gol.
Mungkin kurang adil untuk membesarkan porsi sorotan ke arah Neymar saja. Akan tetapi, kapten Brasil itu terbukti mampu mencuri atensi yang lebih tinggi ketimbang bomber Uruguay tersebut. Terutama setelah dirinya mencetak gol spektakuler dalam kemenangan atas Villarreal 3-0 pada akhir pekan kemarin.
Gol fantastisnya disejajarkan dengan gol serupa saat Ronaldinho mengoyak jala gawang Osasuna pada musim 2004/05. Laman Marca bahkan berani membandingkan Neymar dengan Messi dan Cristiano Ronaldo, dua manusia terbaik di panggung sepak bola.
Pada usia 23 tahun, apa yang dicatat Neymar memang mengungguli Messi maupun Ronaldo. Khususnya dari jumlah gol maupun rata-rata gol per partai. Dengan rapor cemerlang itu, bukan mustahil sosok Neymar akan berada di podium teratas Ballon d'Or, seperti halnya Messi dan Ronaldo. Bukan lagi sebatas ilusi.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
SUARA KOMUNITAS
“No Messi, No Party”. Sebutan yang begitu kental beberapa waktu lalu, tapi terlihat mulai hilang belakangan ini. Secara perlahan tapi pasti, duet Luis Suarez dan Neymar mampu mengikis sebutan itu. Keduanya silih berganti merobek jala lawan dan secara bergantian juga mengirim assist.
Total 11 gol untuk Neymar dan 10 untuk Suarez menunjukkan adanya kekompakan yang semakin yahud, klop, dan solid. Berkaca dari hasil-hasil belakangan, untuk sementara ini saya berani mengatakan bahwa Barca terbukti bukan sekadar Lionel Messi.
Tak ragu pula untuk menyebut bahwa duet Amerika Selatan itu bakal membawa Barca meraih tripoin di el clasico (21/11) apabila Messi masih absen.
Havid Juliandi-Koordinator Indobarca Yogyakarta