Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Wakil Presiden Juventus, Pavel Nedved, mengaku sering merasa stres sejak memutuskan gantung sepatu. Pasalnya, dia tak bisa lagi membantu tim secara langsung.
Pengalaman tersebut juga dirasakan Nedved pada final Liga Champions 2003. Saat itu, Nedved absen pada partai final akibat akumulasi kartu. Juventus pun kalah dari AC Milan lewat babak adu penalti.
Saat Juventus menghadapi Barcelona pada final Liga Champions 2014-15, Nedved merasakan hal yang sama. Juventus kembali gagal menjadi juara karena takluk dari Barcelona.
"Final Liga Champions tahun ini terasa sangat mengerikan. Pada 2003, kami juga mencapai final, tetapi saya tidak bisa bermain. Hal tersebut terulang tahun ini meskipun posisi saya berbeda. Saya hanya bisa duduk di kursi dan tak bisa melakukan apa-apa," kata Nedved.
"Sejak tidak menjadi pemain, saya lebih sering merasa stres karena tidak bisa membantu pemain. Saya harus menerimanya dengan sangat berat dan tidak bisa mengubahnya," tutur Nedved.
Untuk menghindari perasaan serupa, Nedved menimbang karier sebagai pelatih. Namun, dia tak ingin terburu-buru memutuskan beralih profesi.
"Saya memahami apa yang dibutuhkan untuk menjadi pelatih. Posisi pelatih saat ini juga bukan sesuatu hal menyenangkan. Anda harus siap dari segala aspek, bukan cuma taktik. Entahlah apakah bangku cadangan merupakan tepat buat saya," ujarnya.