Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tak ada kepastian kompetisi di Tanah Air membuat kerugian PT Liga Indonesia menembus Rp7,5 miliar. Hal tersebut membuat pemegang saham menuntut adanya penghematan anggaran.
CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono, terpaksa membatalkan sejumlah rencana bisnis PT LI, setidaknya hingga kompetisi resmi di Indonesia bergulir lagi. Salah satunya adalah mengurungkan rencana berinvestasi di bidang teknologi sepak bola.
“Awalnya kami berencana berinvestasi pada program itu sebesar Rp5-10 miliar. Kami belum memutuskan apakah akan menggugurkan program ini atau menundanya,” ujar Joko saat ditemui Harian BOLA di Hotel The Park Lane, Jakarta, Sabtu (24/10).
Tak hanya itu, program pengembangan bakat pesepak bola muda yang kerap dilakukan PT LI dengan mengirim ke luar negeri pun terpaksa dibatalkan.
Seharusnya, saat ini PT LI tengah mengirim pesepak bola muda ke Jepang dan Spanyol. Rencana itu pun gagal terealisasi.
Tak hanya itu, PT LI juga melakukan perampingan jumlah karyawan dan menghentikan sejumlah kerja sama dengan perusahaan lain.
“Kami harus mempertimbangkan karyawan yang stagnan. Ya, intinya kami mengurangi aktivitas yang tidak perlu,” tutur Joko.
Rencana penghematan anggaran itu sudah dikemukakan Joko di hadapan direksi dan 18 klub pemegang saham PT Liga Indonesia, saat menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Sabtu (24/10) lalu.
Dalam rapat itu, direksi mengutarakan tiga poin penting, antara lain melaporkan kegiatan PT Liga Indonesia sejak Mei 2015 hingga Oktober 2015, menunjukkan laporan keuangan, dan melaporkan hasil kajian direksi terkait kegiatan perusahaan ke depannya.
“Terakhir kali kami bertemu memang saat RUPS Mei 2015. Karena sejak saat itu hingga bulan ini kami sama sekali tidak melakukan kegiatan, maka kami sama sekali tidak memperoleh penghasilan,” katanya.
Saat ini, PT Liga Indonesia juga tengah menyusun solusi untuk mendapatkan penghasilan, salah satunya dengan menggelar kompetisi sendiri tanpa campur tangan PSSI.
“Kami merupakan perusahaan independen yang harus pintar untuk membedakan antara aktivitas bisnis sepak bola dan polemiknya. Kami punya kewajiban memperoleh keuntungan, dalam kondisi apa pun,” kata Joko.
Harapan Klub
Dalam RUPSLB yang berlangsung 3,5 jam itu, 18 klub Liga Super Indonesia yang juga hadir sebagai pemegang saham menyampaikan keresahan mereka.
Manajer Persib Bandung, Umuh Muchtar, mengusulkan agar PT Liga Indonesia mencari jalan terbaik untuk mendapatkan laba.
“Kami sepakat mencari kebaikan bagi sepak bola Indonesia. Kami juga berharap kegiatan perusahaan ke depannya dapat menengahi konflik antara pihak-pihak yang bertikai di dunia sepak bola,” ujarnya, saat ditemui awak pers setelah RUPSLB rampung.
Harapan serupa disampaikan CEO PT Mitra Muda Inti Berlian (MMIB), yang menaungi Persebaya United alias Bonek FC, Gede Widiade.
Dia menuturkan sedikit lega dengan munculnya sejumlah terobosan yang dilakukan PT Liga Indonesia di sisi penghematan anggaran dan rencana untuk mencari penghasilan.
“Semua klub tetap solid untuk membantu mengembalikan kondisi finansial perusahaan ini. Yang pasti, kami sama-sama berharap agas sanksi FIFA terhadap PSSI segera dicabut,” ujar Gede.
Penulis: Persiana Galih