Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Salah satu alasan kenapa Carlo Ancelotti bisa sukses saat menukangi AC Milan adalah sang pelatih punya cukup nyali untuk beradu argumen dengan pemilik klub, Silvio Berlusconi.
Berlusconi yang fanatik dengan sepakbola ofensif selalu ingin melihat Milan bermain dengan dua penyerang. Namun, Ancelotti punya paham berbeda. Ia tetap setia dengan formasi pohon cemara andalannya, 4-3-2-1.
Keyakinan pelatih yang akrab disapa Carletto itu tak keliru sebab skema 4-3-2-1 melahirkan sepasang gelar Liga Champion (2003 dan 2007), Coppa Italia 2003, dan Serie A 2003-04 buat Milan. Soal nyali, pelatih Milan saat ini, Sinisa Mihajlovic, sudah bisa disamakan dengan Carletto.
Mihajlovic pada awalnya seperti tunduk pada titah Berlusconi lantaran ia selalu mengandalkan formasi 4-3-1-2 dari pekan pertama sampai ketujuh Serie A 2015-16. Akan tetapi, kekalahan 0-4 dari Napoli di San Siro pada pekan ketujuh, memaksa Mihajlovic mengambil sikap tegas. Ia lantas mengubah formasi tim menjadi 4-3-3.
“Pelatihnya adalah saya. Saya yang memutuskan, terkait dengan formasi maupun pemain,” kata Mihajlovic seperti dilansir La Gazzetta dello Sport.
Miha selalu berujar bahwa tak ada formasi yang menggaransi hadirnya kemenangan. Namun, fakta di atas lapangan memperlihatkan bahwa Milan mulai menemukan kestabilan dengan skema 4-3-3.
Modul itu mengantar Il Diavolo Rosso (Setan Merah) meraih tujuh poin dalam tiga laga. Setelah bermain imbang 1-1 di kandang Torino, mereka meraih kemenangan beruntun atas Sassuolo (2-1) dan Chievo (1-0) di San Siro.
Rapor tersebut terbilang bagus mengingat Torino belum terkalahkan di kandang musim ini, sementara Sassuolo pernah menekuk tim mapan semodel Napoli (2-1), Lazio (2-1), dan Juventus (1-0).
Chievo? Skuat asuhan Rolando Maran itu sempat membabat Lazio 4-0 dan membawa pulang satu poin kala bertandang ke markas Juventus. Keteguhan hati Mihajlovic soal pemilihan starter juga telah menunjukkan sinyal positif.
Fan dan pengamat mulai bisa memahami keputusan Miha lebih mengedepankan Riccardo Montolivo ketimbang Nigel De Jong sebagai jenderal lini tengah Milan. Selain mampu mendistribusikan bola secara apik, Montolivo juga bisa galak seperti De Jong.