Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kehilangan penyerang sekaliber Carlos Tevez tentu merupakan pukulan telak bagi tim mana pun, termasuk Juventus musim ini. Sukses Si Nyonya Besar meraih titel Serie A dan Coppa Italia plus melaju ke final Liga Champion tak lepas dari kinerja apik pemain asal Argentina tersebut.
Tevez mencetak 29 gol bagi Bianconeri musim lalu. Sebanyak 20 di antaranya tercipta di ajang Liga Italia alias lebih dari seperempat total gol tim asuhan Massimiliano Allegri di kompetisi domestik sepanjang 2014/15 (72 gol).
Untuk menggantikan peran Tevez, Juve memboyong Mario Mandzukic dari Atletico. Eks penggedor Muenchen itu ditebus dengan banderol 19 juta euro alias 289,97 miliar rupiah.
Hanya, tak sedikit yang meragukan kualitas Mandzukic. Padahal, pemain timnas Kroasia itu selalu mencetak minimal 20 gol per musim sejak 2012/13.
Karakter Mandzukic, yang lebih bertipe sebagai penyerang tengah murni, menjadi alasannya. Artinya, pemain yang kini berusia 29 tahun itu baru akan terlihat bagus saat mendapat pasokan bola matang dari rekan setim.
Mandzukic tidak terlalu piawai menciptakan peluang bagi dirinya sendiri, terlebih buat pemain lain. Statistik Squawka memperlihatkan pemain yang memulai karier profesional bersama NK Zagreb itu cuma menciptakan 23 peluang gol bagi rekan setim di Atletico musim lalu (berbanding 61 peluang yang dibuat Tevez).
Sikap skeptis atas Mandzukic mungkin ada benarnya. Ia memang telah mencetak dua gol dalam lima duel berkostum Bianconeri, tapi tak satu pun di antaranya tercipta dalam tiga pertandingan di Liga Italia.
Beruntung bagi Juve, belum maksimalnya kontribusi Mandzukic seakan ditutupi oleh kinerja Paulo Dybala. Pemain yang awalnya tidak diniatkan menjadi pilihan utama musim ini tersebut justru menjadi top scorer sementara klub dengan empat gol dan satu assist.
Sebanyak enam dari sembilan gol Juve berasal dari pemain yang didatangkan di bursa musim panas. Selain Dybala, nama Simone Zaza dan Sami Khedira juga ikut tercatat.
Penulis: Andrew Sihombing