Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dalam perjalanan ke Sepang International Circuit di Malaysia beberapa waku lalu, saya mencatat kehadiran 8 Kompasianer yang meramaikan Sepang 2015. Salah seorang di antaranya adalah perempuan muda penggila MotoGP bernama Yayat.
Penulis: Ang Tek Khun
Kegilaan karyawati sebuah agen perjalanan wisata yang berdomisili di Jakarta ini pada MotoGP tak bisa dilepaskan dari sosok Valentino Rossi. Kesukaannya menulis blog membuat ia kerap menuangkan buah pikir dan rasa di Kompasiana, tak heran bila dari sekitar 478 tulisan blognya, sebagian besar tentang Valentino Rossi dan MotoGP.
Sebagai hadiah sepadan, sekitar 125 tulisannya diangkat jadi tulisan utama (Headline). Anda bisa memantau lamannya di Kompasiana menggunakan nama akun /yayat.
Saya tergelitik untuk mewawancarain sosok perempuan yang di Kompasiana tergabung dalam gerombolan orang koplak di Koplak Yo Band ini. Silakan simak, dan bila Anda penasaran, monggo pedekate ke akun media sosial miliknya: @daffana (twitter), da_ffana (Instagram), dan https://www.facebook.com/ya.yat.545 (FB).
Sejak kapan dan bagaimana ceritanya Mbak Yayat suka pada MotoGP? Pasti ada cerita menarik untuk dikisahkan.
Saya suka MotoGP sejak 2002. Dulu balapan motor itu masih jarang. Temen-temen suka cerita mengenai Valentino Rossi. Saya tanya siapa itu Rossi, mereka kemudian menjelaskan tentang Rossi. Saya nonton balapan MotoGP pertama kali dengan teman-teman dan melihat betapa heboh mereka saat nobar. Saya menikmati banget keseruan yang terjadi saat balapan dan saya langsung jatuh hati sama Rossi yang saat itu rambutnya kriwil abis, hahaha. Pebalap ini jail menurut saya dan menghibur. Sejak itu saya selalu nonton MotoGP.
Setiap orang tentu punya alasan pribadi. Bagi Mbak Yayat, apa sih yang menarik dari adu kenceng motor ini?
Balapan MotoGP unik. Ada balapan motor lain yang namanya Superbike. Tapi mesin dan suasana balapannya beda. Menurut saya MotoGP adalah balapan motor yang sebenarnya. Aksi-aksi para rider-nya kadang di luar akal manusia—maksudnya kok bisa mereka bermanuver penuh bahaya di atas motor yang sedang ngacir 250 km per jam.
Body sampe rebah ke aspal saat nikung, kecepatan masih 100 km per jam. Lalu aksi overtaking sampe jarak antara rider-nya cuma seinci. Kadang saya mikir, para rider ini punya nyawa 10. Sudah jatuh guling-guling, ehhh masih bangun dan ngacir lagi. Luar biasaaaa. Selalu ada drama di setiap balapan MotoGP. Ini sangat menarik menurut saya.
Ehm, boleh nanya... sejak kapan jatuh cinta pada The Doctor?
Sejak 2002, begitu liat MotoGP langsung tertarik sama rider ini. Kenapa? Karena aksi dia menghibur. Kalau dia menang, ada saja ulahnya yang lucu-lucu. Sudah gitu, prestasinya juga ruuuaarrr biasa. Menang mulu. Kalo tampang ganteng sih relatif ya. Saya bisa bilang kang Oci (Rossi) ganteng tapi bagi orang lain kang Oci itu tampan, ya saya bisa apaaaa hahahah. Terus dia juga dari Italia, soalnya saya nggak suka rider Spanyol, hhihihihi.
Ikut fansclub Rossi enggak? Tampaknya Sepang 2015 jadi ajang kopdaran gitu?
Saya dan teman-teman bikin komunitas Fans Club Valentino Rossi Indonesia. Member klub ini sekitar 600 orang dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Tidak ada visi misi detail sih, kami hanya berusaha mengumpulkan fans Rossi di Indonesia agar makin mudah berkomunikasi dan bersilaturahmi. Untuk area Jabodetabek, kami sering mengadakan nobar; dan acara nobar ini jadi ajang kopdar.
Terus saat-saat tertentu ada aksi juga dari teman-teman, misalnya bagi-bagi tajil saat buka puasa atau pengumpulan sumbangan untuk mereka yang tertimpa bencana. Saya juga salah seorang admin fanbase @VR46Indonesia. Jadi admin fanbase membuat saya kenal dengan buanyaakkk banget fans Rossi. Tiap ke Sepang kami selalu berusaha buat ketemuan. Jadi bukan Sepang 2015 saja. Oya kopdaran ini bukan antara sesama fans Rossi, tapi sama fans para rider lainnya.
Tampaknya Presiden Jokowi menaruh minat menghadirkan MotoGP di tanah air. Apakah memang potensial? Realistiskah? Mbak Yayat menyambut antusias?
Hmmmm serius deh jawabnya (halaaa emang dari tadi nggak serius?). Saya menyambut baik minat Pak Jokowi buat gelar MotoGP di sini, tapiiii saya nggak antusias menyambutnya. Kenapa? Indonesia masih jauuuuh siapnya untuk menggelar MotoGP. Sirkuit Sentul yang kita punya itu mesti direnovasi total agar sesuai standar FIM. Standar FIM untuk sebuah sirkuit menggelar MotoGP itu kudu Grade A lho.
Sirkuit Sentul bahkan belum pernah menggelar balapan Superbike yang boleh main di sirkuit Grade B. Menpora sekarang ini katanya lagi cari dana buat merenovasi Sentul. Yaa.. kita tunggu aja. Hanya, buat menggelar balapan internasional kayak MotoGP itu bukan cuma sirkuit yang kudu disiapin, tapi fasilitas pendukungnya juga, seperti hotel, transportasi, dll.
Baca wawancara lengkapnya di Kompasiana: Yayat, Perempuan Penggila MotoGP Bicara Tentang Valentino Rossi dan Harapan pada Jokowi