Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Mesin bordir bergetar, gulungan benang satu warna tampak berputar. Jarum bergerak cepat naik-turun. Edi Subandono dengan cekatan memegangi sepatu bola dan mengoperasikan mesin bordir.
Dari ujung jarum tersebut, tak kurang dari 20 menit, muncul tulisan dengan huruf kapital TIBO 25. Sepatu yang tengah dikerjakan Edi tersebut memang milik Titus Bonai, penyerang Sriwijaya FC.
“Proses ini merupakan personalisasi,” ungkap pria kelahiran 17 Januari 1984 itu menyebut istilah penulisan nama di sepatu pemain.
Semenjak Edi semakin serius di bawah payung usaha JatayuID, Tibo merupakan pemain kesekian dari banyak pemain lain yang sudah menggunakan jasa Edi. Apalagi, personalisasi sepatu kini sudah menjadi tren di kalangan pesepak bola Indonesia.
Awalnya adalah mantan kiper Sriwijaya FC dan tim nasional, Ferry Rotinsulu, yang menggunakan jasa Edi.
Setelah itu, banyak pemain lokal dan asing yang datang kepada Edi, antara lain Lancine Kone, Fabiano Beltrame, Marcio Souza, hingga Hilton Moreira.
“Banyak pemain yang juga menuliskan nama keluarganya. Mungkin seba gai bentuk kebanggaan sekaligus motivasi,” ungkap Edi.
Konflik berkepanjangan antara PSSI dan Menpora juga membawa dampak bagi perkembangan usaha Edi. Vakumnya kompetisi membuat pemain berpikir dua kali untuk personalisasi sepatu.
“Jelas ada dampaknya. Ada pemain yang awalnya order, kemudian terpaksa dibatalkan karena gajinya tersendat akibat tak ada kompetisi. Mereka mungkin lebih fokus memenuhi kebutuhan keluarganya dulu,” tutur Edi. (cie)