Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Bocoran menarik dibeberkan Corriere dello Sport mengenai situasi di kamar ganti pemain Inter saat menghadapi Bologna (27/10).
Ketika laga memasuki jeda pergantian babak, pelatih Roberto Mancini masuk ke ruang ganti pemain. Suasana hening.
Kemudian terdengar suara lantang Mancini yang memanaskan ruangan. Si bos menyoroti kinerja buruk timnya pada babak I.
Ia mengeluhkan kurangnya pergerakan tim dan terlalu banyak kesalahan mengoper bola. Tiada satu pun pemain yang bersuara ketika Mancini menumpahkan emosinya.
Namun, suasana tegang selama 15 menit itu berbuah reaksi positif. Para personel I Biscione (Ular Raksasa), julukan Inter, meresponsnya dengan perbaikan performa.
Di babak II, alur permainan mereka membaik hingga tercipta gol semata wayang Inter pada laga tersebut via aksi Mauro Icardi.
Cuplikan kejadian itu mencerminkan kebiasaan awak Sang Biru-Hitam yang baru terlecut setelah evaluasi pada jeda pertandingan.
Sampai pekan ke-10 Serie A musim ini, Inter lebih banyak mencetak gol di babak II. Sebanyak 80 persen dari koleksi gol total mereka muncul pascajeda.
Sebaliknya, Icardi cs. tak pernah sekali pun menjebol gawang musuh dalam kurun 30 menit pertama!
Main Agresif
Tradisi lambat panas menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Mancini menjelang duel sulit melawan Roma, Sabtu (31/10).
Ketika menjamu Sang Serigala nanti, Inter juga harus kehilangan Felipe Melo akibat suspensi. Gelandang bertahan asal Brasil itu absen karena hukuman kartu merah yang diterima saat menghadapi Bologna.
Problem kedisiplinan menjadi faktor lain yang mesti diperhatikan Inter. “Kami tak mungkin selalu mengakhiri pertandingan dengan 10 pemain,” kata Mancini usai melawan Bologna.
Kejadian yang menimpa Melo ialah pengusiran ketiga bagi skuat Inter musim ini. Sebelumnya, hal serupa dialami Joao Miranda (27/9) dan Jeison Murillo (24/10).
Jumlah tiga kartu merah di skuat Inter sampai pekan ke-10 hanya kalah banyak dari koleksi Atalanta dan Genoa (4).
Faktor ini erat korelasinya dengan upaya para pemain defensif Inter mencegah pergerakan pemain lawan.
Jika dipandang dari sisi positif, agresivitas itu punya andil mencegah tim kebobolan lebih banyak.
Dengan menumpuk gelandang petarung berpostur kekar dan bek tengah ahli berduel fisik, I Biscione masih berstatus tim dengan angka kemasukan terminim musim ini (7 gol).
Ditambah total 27 penyelamatan kiper Samir Handanovic, Inter punya modal krusial sebagai salah satu kandidat peraih scudetto.
Sejarah menunjukkan 40 dari 81 titel juara Serie A jatuh kepada tim pemilik pertahanan terbaik. Tradisi itu bahkan muncul pada delapan musim terkini secara beruntun.
Tim juara terakhir yang tidak memiliki pertahanan terbaik adalah Inter di era pertama Mancini pada 2006/07. Handanovic cs. kini berada dalam jalur tepat buat mengulangi tradisi.
Jika patokannya rapor Inter pada 10 pekan perdana sejak rezim Jose Mourinho berakhir (2010), jumlah kebobolan tujuh gol hanya kalah sedikit dari catatan mereka pada 2010/11 (5 gol).
Cuma, barisan batu granit Inter bakal menghadapi ujian terberat pada akhir pekan.
Tamu yang datang, Roma, adalah tim tertajam sementara ini dengan koleksi 25 gol alias hampir tiga kali lipat angka memasukkan Sang Ular Raksasa (10 gol).
“Jelas buat semua orang bahwa Inter tidak menampilkan permainan spektakuler. Tapi, mereka setidaknya tetap memetik hasil dan menderita sedikit gol,” kata legenda klub, Giampiero Marini, kepada Itasportpress.
“Laga melawan Roma adalah tes yang penting sebagai partai kunci mereka di liga,” ucap gelandang Inter pada 1975-1986 itu.
Penulis: Beri Bagja