Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Turnamen Tarkam, Pemain dalam Arus Pilkada

By Caesar Sardi - Rabu, 28 Oktober 2015 | 20:43 WIB
Trio Arema, Juan Revi-Alfarizi-Cristian Gonzales, di sela-sela turnamen tarkam buatan salah satu calon bupati di Klaten. (Gonang Susatyo)

Saat kompetisi vakum dan turnamen hanya berlangsung sesaat, pemain menjatuhkan pilihan untuk bermain di tarikan kampung (tarkam).

Alasan utama adalah pemain bisa mendapat penghasilan setelah tertutupnya keran pemasukan karena klub tak lagi mengontrak mereka.

Peluang bermain di tarkam kian besar karena pengelola tim-tim amatir di kampung-kampung tak segan mendatangkan para pemain profesional.

Selain itu, adanya kegiatan pemilihan kepala daerah (pilkada) pun seperti menjadi berkah bagi pemain. Bagaimana tidak, para calon yang bersaing menjadi bupati atau wali kota kerap menggelar turnamen atau pertandingan dengan mendatangkan para pemain profesional.

Pemain sekelas Cristian Gonzales tak segan datang ke Klaten untuk mengikuti tarkam yang digelar salah satu calon bupati. Tak hanya Gonzales, dua rekannya di Arema Cronus, Juan Revi dan Alfarizi, juga memeriahkan ajang tersebut bersama Valentino Telaubun., T.A. Musafri, Nova Ariyanto, dan Rudi Widodo.

Beberapa pemain dari level Divisi Utama seperti Andrid Wibawa, Yanuar Ruspuspito, Bayu Andra juga ikut hadir.

Apakah pemain akhirnya ikut arus pilkada yang merupakan representasi dari politik praktis? Kebetulan sepak bola di Indonesia memang dekat dengan politik.

Pemain Tak Tahu

Sebelum era LSI, klub-klub di Indonesia lebih banyak digawangi kepala daerah. Setelah kepala daerah tak diizinkan memimpin klub profesional, posisinya pun banyak digantikan para anggota dewan.

“Saya tak tahu bila tarkam ternyata digelar oleh salah satu calon bupati di pilkada. Saya menerima tawaran bermain dan honor yang diberikan memang sesuai. Saya tak berpikir ini untuk pilkada atau tidak,” ucap Juan Revi.

“Kami hanya bermain sepak bola di kampung. Kami ingin menghibur masyarakat dan mendapat honor yang lumayan bagus. Ikut tarkam bukan berarti mendukung salah satu calon,” kata Valentino.

Mantan striker tim nasional, Kurniawan Dwi Yulianto, pun mendukung para calon pemimpin daerah yang memiliki kepedulian mengembangkan olah raga.

“Lebih baik berpolitik untuk olah raga dan bukan olah raga yang kemudian digunakan untuk berpolitik,” jawab Kurniawan, yang sempat tampil pada laga yang digelar salah satu calon bupati di wilayah DI Yogyakarta. Selain dirinya, tampil juga Rochy Putiray dan Aris Indarto.

Pesepak bola memang bisa menjadi daya tarik untuk mendatangkan massa seperti yang diharapkan calon di pilkada. Apalagi, mereka (para pemain) tak berbeda dengan selebritas.

Pengalaman tersebut dirasakan Gonzales, yang sangat dielu-elukan masyarakat Klaten. Selain itu, mereka juga bisa bersentuhan atau berfoto bersama dengan striker timnas yang lebih sering dilihat di televisi itu.

Penulis: Gonang Susatyo