Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
teki. Hal tersebut membuat klub-klub tak punya pilihan lain kecuali mengikuti turnamen.
Saat ini, klub-klub dihadapkan dengan tawaran bermain di berbagai turnamen.
Misalnya PSIS Semarang, salah satu klub yang menerima informasi terkait rencana digulirkannya Indonesia Super Cup.
“Bila ISC diikuti klub Liga Super Indonesia (LSI) dan Divisi Utama, tentu PSIS siap mengikutinya. Namun, sampai saat ini kami belum menerima undangan resmi,” ujar Wahyu Winarto, mantan Manajer PSIS.
Jika tak kunjung menerima undangan, PSIS akan merancang Piala Gubernur. Turnamen itu rencananya bakal diikuti tim dari berbagai lapisan di Jawa Tengah dengan format tandang dan kandang.
Sementara itu, Persis Solo mengaku membutuhkan turnamen sambil menunggu jalannya kompetisi di Indonesia. Skuat berjuluk Laskar Samber Nyawa ini pun tengah rutin menggelar sesi latihan untuk persiapan tampil di Plumbon Cup, akhir Oktober mendatang.
“Kami sesungguhnya menunggu kepastian digulirkannya kompetisi. Hanya, sampai saat ini belum ada kejelasan sehingga kami memilih ikut turnamen. Pokoknya turnamen apa saja karena klub butuh eksistensi,” kata Totok Supriyanto, Direktur PT Persis Solo Saestu.
Mengobati Klub
Sementara itu, manajemen Bonek FC mengibaratkan turnamen sebagai obat penghilang rasa sakit sementara. “Rasanya saja yang hilang, tapi lukanya tidak sembuh,” ujar Sekretaris Bonek FC Rahmad Sumanjaya.
Di mata Rahmad, munculnya berbagai turnamen hanya kesenangan sesaat karena tidak ada hasil yang lebih besar dari sekadar kegembiraan semata.
“Ibarat kue, ini terlalu kecil dan hasilnya bukan untuk kepentingan sepak bola Tanah Air. Pemain yang tampil baik tidak bisa membela timnas karena tidak ada kelanjutan dari turnamen ini,” katanya.
Saat ini, Bonek FC dikabarkan menjadi salah satu klub yang diundang untuk mengkuti turnamen Piala Jenderal Sudirman, pertengahan November mendatang.
Penulis: Gonang Susatyo/Fahrizal Arnas/Persiana Galih