Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kebersamaan Totti dan Zeman harus berakhir pada musim panas 1999 setelah Roma mendatangkan pelatih baru bernama Fabio Capello. Kenyataannya hal ini tidak membuat ia mengalami penurunan performa.
Totti justru kian mengilap di bawah asuhan Capello. Dia sanggup mengaplikasikan ilmu ofensif ala Zeman ke dalam taktik sang pelatih baru yang mengutamakan keseimbangan antara bertahan dengan menyerang.
Hasilnya belum kelihatan di musim pertama Capello karena Roma hanya mampu menempati posisi keenam di tabel klasemen akhir Serie A 1999/00. Meski demikian, Totti tetap tampil impresif sepanjang musim sehingga ia berhak menerima penghargaan Migliore calciatore italiano atau Pemain Terbaik Serie A 2000.
Berselang semusim kemudian, barulah Totti bisa mengantarkan I Lupi alias Si Serigala menaiki podium juara. Bersama pemain andalan lain seperti Gabriel Batistuta, Walter Samuel, Cafu, dan Marco Delvecchio, ia mempersembahkan gelar scudetto ke-3 bagi Roma.
Pada saat itu, Totti bukan sekadar pemimpin tim, melainkan juga nyawa permainan Roma. Dia memberikan umpan matang kepada rekan, memompa semangat bertanding, serta sesekali mencetak gol krusial penentu kemenangan.
Momen paling berkesan buat Totti terjadi pada pada pekan pamungkas, 17 Juni 2001. Kemenangan 3-1 atas Parma, di mana ia turut menyumbangkan gol pembuka, berujung pesta juara sekaligus mengakhiri paceklik gelar selama sedekade sejak memenangi Coppa Italia 1990/91.
"Merengkuh scudetto 2000/01 adalah momen terbaik sepanjang karier saya. Sungguh membahagiakan bisa mewujudkan impian masa kecil serta menyaksikan seluruh fan Roma turun ke jalan untuk melakukan perayaan," tutur Totti pada waktu itu.
Mengembalikan Derajat Roma di Italia<<<
Hitung Mundur Menuju Keabadian>>>