Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Usai Piala Presiden, beberapa turnamen sudah dirancang oleh Tim Transisi maupun Mahaka. Namun, pelatih Eduard Tjong lebih berharap kompetisi kembali bergulir. Pelatih yang menangani Persiba Balikpapan di Piala Presiden tersebut menilai turnamen lebih merupakan euforia sesaat karena bersifat jangka pendek.
Tak hanya itu, berbagai daerah pun tidak ingin ketinggalan. Turnamen lokal mulai dipersiapkan seperti di Cilacap, yang mengelar Piala Bupati, atau di Karanganyar dengan menggelar Plumbon Cup yang diikuti tim-tim Divisi Utama.
Namun, Eduard menilai turnamen lebih merupakan euforia sesaat karena bersifat jangka pendek.
“Kalau turnamen paling hanya satu bulan. Tidak ada kontrak, paling hanya honor yang dibayarkan untuk setiap pertandingan. Setelah selesai, pelatih dan pemain akan menganggur lagi. Penghasilan kami tetap tersendat. Lebih baik, kompetisi kembali digelar. Ketimbang bikin banyak turnamen, kenapa tidak digelar saja kompetisi?” kata Eduard.
Menurutnya, turnamen tidak bisa menghidupkan gairah sepak bola pada masyarakat. Gairah itu hanya terjadi di kota-kota penyelenggara turnamen.
“Kota-kota yang menjadi tuan rumah saja yang kembali bergairah sepak bolanya. Berbeda dengan kompetisi yang menggelar pertandingan sepak bola di mana-mana. Informasinya, liga akan digulirkan pada Maret tahun depan. Bagi saya ini terlalu lama menunggu,” jelasnya.
Mantan pemain tim nasional ini juga menilai konflik PSSI dan Menpora sepertinya tak segera berakhir. Menurut dia, pelaku sepak bola sesungguhnya sudah lelah dan jenuh dengan konflik yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir damai.
“Semua hanya membuat statement saja tetapi tidak ada aksinya. Padahal, kami sudah lelah dengan konflik ini. Kami yang tidak terlibat langsung akhirnya menjadi korban. Meski demikian, kami malah lelah sendiri dengan kekisruhan yang tidak segera selesai. Kami hanya berharap kompetisi bergulir lagi,” ujar Edu, sapaannya.