Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Nasib Ivanovic Tergantung Comeback

By Jumat, 9 Oktober 2015 | 12:39 WIB
Branislav Ivanovic. (Julian Finney/Getty Images)

Kebobolan 17 gol hanya dalam delapan pekan. Itulah kondisi terkini Chelsea dalam upaya mempertahankan mahkota Premier League yang mereka rebut pada musim 2014/15. Di antara para kontestan EPL musim 2015/16, angka itu cuma satu go lebih baik dari Sunderland, tim di peringkat 19 klasemen sementara.

Jika dibandingkan dengan catatan pada musim kemarin, di mana Chelsea hanya kebobolan 32 gol dari start hingga finis, secara kasar The Blues hanya boleh kemasukan 15 gol lagi di sisa 30 pekan, guna setidaknya menyamai statistik musim lalu.

Sanggup? Dengan rata-rata kebobolan sekitar 2,15 gol per partai, berarti proyeksi kasar Chelsea justru akan memperlihatkan tambahan kemasukan sekitar 63 gol.

Memang, angka fantastis di atas hanya hitungan kasar yang dilandasi alur deras bola ke gawang Thibaut Courtois dan Asmir Begovic. Terlebih lagi, dengan materi lini belakang yang praktis tak berubah dari musim lalu, kecuali hijrahnya Felipe Luis yang kebetulan minim jam terbang, seharusnya Chelsea bisa bangkit dengan mudah.

Namun, di situ lah masalahnya. Status Si Biru dari benteng tangguh menjadi lumbung gol, justru diakibatkan kinerja buruk para pilarnya. Terutama Branislav Ivanovic, bek tengah Serbia yang biasa beroperasi di sektor kanan pertahanan kubu Stamford Bridge.

Selain terlihat jelas lewat penampilan bak pemain amatir melalui layar kaca, salah satu parameter yang bisa dijadikan acuan sahih ialah rapor di berbagai situs statistik. Di Whoscored misalnya, poin 6,56 adalah yang paling rendah sepanjang tujuh musim dirinya berbaju Chelsea.

Whoscored juga menguak fakta bahwa pemain lawan bisa melewatinya sebanyak 1,4 kali di setiap partai (paling buruk di EPL). Dari aspek pelanggaran (1,8 per partai), kartu kuning (3), juga memperlihatkan sisi paling buruk Ivanovic dalam keriernya.

Yang semakin memperparah situasi ialah Ivanovic tak bisa memberikan kompensasi dari perspektif menyerang. Rata-rata operan kuncinya cuma 0,4. Karena itu, tak mengherankan apabila konsentrasi serangan Chelsea pun lebih condong mengarah dari sisi kiri (39% berbanding 31%).

Jeda internasional seharusnya bisa dimanfaatkan Ivanovic untuk kembali dengan sikap baru. Jika tidak, keputusan Jose Mourinho menggeser Cesar Azpilicueta ke kanan dan memasukkan Baba Rahman ke kiri, seperti dicoba pada matchday satu Liga Champion yang berujung kemenangan atas Maccabi Tel Aviv, tinggal menunggu waktu untuk diimplementasikan di EPL.

Penulis: Sapto Haryo Rajasa