Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kevin De Bruyne disebut sebagai salah satu playmaker modern terbaik masa kini. Sosoknya komplet sebagai pemain tiga perempat lapangan. Dia jago mendribel, mengumpan, mencetak gol, serta mengeksekusi bola mati.
Dalam formasi 4-2-3-1, De Bruyne piawai berperan di ketiga posisi sebagai gelandang ofensif penyokong striker tunggal. Namun, pemain stylish seperti dirinya bagai ditakdirkan tak berjodoh dengan mekanisme Jose Mourinho di Chelsea. Mou ibarat musuh bagi De Bruyne.
Saking jarangnya tampil di 2013/14, ia disarankan hijrah oleh rekannya, Eden Hazard. De Bruyne menurut dan sukses membuktikan kualitasnya bersama Wolfsburg serta kini di Man. City.
“Selama di Chelsea, saya hanya dua kali berbicara dengan Mourinho. Jadi, lebih baik saya pergi,” katanya saat itu.
Klub-klub kaya Eropa terbius melihat aksi Kevin De Bruyne bersama Wolfsburg musim lalu. Ia memecahkan rekor pengoleksi assist terbanyak dalam semusim di Bundesliga dengan 21 buah.
De Bruyne juga menjadi raja assist di antara pemain liga top Eropa. Ia seperti diberkahi radar pemantau di kaki guna menentukan posisi rekannya.
Wajar apabila koleksi assist miliknya melebihi jumlah gol pribadi. Bakat De Bruyne membuka ruang dan mengukur umpan bagi rekan setim sudah tercium sejak di akademi KVV Drongen.
“Pada usia delapan tahun, Kevin paling menonjol. Dia harus pindah dari Drongen karena permainannya terlalu bagus untuk tim itu,” kata ayahnya, Herwig.
Penulis: Beri Bagja