Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Persaingan La Liga, Paling Sengit sejak 1993-94

By Firzie A. Idris - Rabu, 21 Oktober 2015 | 04:38 WIB
Rafael Benitez mampu mengemas 18 gol dan hanya dua kali kebobolan alias surplus 16 gol. Namun, bukan berarti performa Madrid musim ini bisa dikategorikan sempurna. (Getty Images)

Fenomena langka terjadi di La Liga 2015-16. Hingga pekan ke-8, terdapat tiga klub yang mengantongi jumlah poin identik di puncak klasemen sementara: Real Madrid, Celta Vigo, Barcelona. Siapa yang bakal keluar sebagai juara?

Hingga kini, ketiga klub sama-sama mengumpulkan 18 poin. Hanya selisih gol yang membedakan posisi Madrid, Celta, serta Barcelona. Selisih gol masih dipakai sebagai perhitungan. Status head-to-head baru digunakan setelah ketiga tim saling berjumpa dua kali (kandang-tandang) musim ini.

Madrid berada di puncak klasemen. Anak buah pelatih Rafael Benitez tersebut mampu mengemas 18 gol dan hanya dua kali kebobolan alias surplus 16 gol. Namun, bukan berarti performa Madrid musim ini bisa dikategorikan sempurna.

Dalam beberapa kesempatan, Los Blancos gagal memperlihatkan kedahsyatannya. Madrid sempat ditahan imbang Gijon dan Malaga dengan skor 0-0. Mereka juga hanya mampu mencatat hasil seri 1-1 ketika bertandang ke markas Atletico Madrid.

Celta Vigo kini berada di posisi kedua dengan selisih sembilan gol antara memasukkan dan kemasukkan. Seperti halnya Madrid, Celta juga belum terkalahkan hingga pekan ke-8.

Meski skuatnya kalah mentereng, Celta pantas diwaspadai karena memiliki rekor tandang terbaik. Di luar kandang, anak buah pelatih Eduardo Berizzo tersebut berhasil mencatat tiga kemenangan plus satu hasil imbang.

Barcelona untuk sementara harus puas berada di peringkat ketiga. Lionel Messi dkk. memang mampu menorehkan satu kemenangan lebih banyak ketimbang dua pesaingnya.

Namun, Barcelona sudah dua kali menelan kekalahan. Barca takluk saat bertandang ke markas Celta dan Sevilla. Lantas, siapa yang bakal bertahan di papan atas hingga akhir kompetisi?

Jika melihat kekuatan dan latar belakang tim, Madrid dan Barcelona mungkin layak untuk diunggulkan. Selain diperkuat mesin gol macam trio BBC (Bale, Benzema, Cristiano) dan trio MSN (Messi, Suarez, Neymar), kedua kubu juga punya kedalaman skuat yang mumpuni.

Fakta tersebut ternyata tak membuat Celta hilang kepercayaan diri.

“Kami rasa, kami mampu mengalahkan siapa saja. Kami bisa mengunjungi markas klub mana  pun dan mencatat kemenangan karena kami punya tim yang solid, mau bekerja keras, dan berbahaya,” kata pelatih Celta, Eduardo Berizzo, seperti dilansir Foxsports.

Ulangan 1993-94

Meski langka, fenomena semacam ini sesungguhnya bukan yang pertama kali terjadi di La Liga. Terakhir kali tiga klub berhasil mengantongi poin yang sama di puncak tabel hingga pekan ke-8 terjadi pada musim 1993-94 atau 22 tahun silam.

Kala itu, Barcelona, Valencia, dan Real Sociedad sama-sama mampu mengumpulkan 12 poin dari delapan pertandingan. Hanya, bukan Valencia atau Sociedad, yang ternyata mengancam posisi Barcelona menjelang akhir kompetisi.

Kubu Blaugrana justru mendapat perlawanan kuat dari Deportivo La Coruna. Bahkan, Barca kudu menunggu hingga duel antara Deportivo kontra Valencia di pekan pamungkas liga lebih dulu berakhir untuk memastikan gelar juara.

Kemenangan telak 5-2 yang dibukukan Barcelona atas Sevilla pada pekan penutupan, tak ada artinya jika Deportivo mengalahkan Valencia. Namun, Super-Depor hanya bisa menahan imbang Valencia 0-0. Alhasil, Barca dipastikan menjadi jawara La Liga 1993-94 dengan 56 poin.

Jumlah itu sama dengan torehan Depor, tetapi Barca unggul rekor pertemuan dua tim dengan agregat gol 3-1. Barcelona, yang kala itu diperkuat bintang macam Pep Guardiola, Jose Mari Bakero, Txiki Begiristain, Ronald Koeman, Michael Laudrup, Romario, dan Hristo Stoichkov alias era dream team, sukses meraih gelar juara La Liga keempat secara beruntun.

Penulis: Wieta Rachmatia