Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Liverpool Masih Seperti yang Dulu

By Caesar Sardi - Senin, 5 Oktober 2015 | 15:30 WIB
Danny Ings, bukti bahwa Liverpool masih berbahaya dalam situasi bola mati. (Dean Mouhtaropoulos/Getty Images)

Pelatih Liverpool, Brendan Rodgers, mengaku tak cemas meski sebagian fan memintanya mundur.

Menurut Rodgers, dirinya sama sekali tak kehilangan kelihaian dalam meracik tim atraktif yang sedap dipandang mata.

“Saya masih sama dengan orang yang nyaris memenangkan gelar liga buat Liverpool. Saya bahkan lebih baik,” kata Rodgers usai Liverpool menang tipis 3-2 atas Aston Villa di pekan ketujuh Premier League 2015/16.

Pada 2013/14, Liverpool asuhan Rodgers mengemas 101 gol liga (2,6 gol per gim) dan fi nis sebagai runner-up di bawah Manchester City.

“Selama kepemimpinan saya di sini, kami terlalu banyak membuat kesalahan di lini belakang. Namun, di sektor depan, kami selalu tampil kreatif,” ucap Rodgers lagi.

Rodgers boleh saja selalu yakin dengan kualitas ofensif timnya. Akan tetapi, kepergian Luis Suarez ke Barcelona pada akhir musim 2013/14 sangat mengurangi kegarangan Liverpool.

Di EPL 2014/15, produktivitas Liverpool turun drastis. Mereka hanya mampu mencetak 52 gol dalam 38 laga (1,3 gol per gim).

Sampai pekan kedelapan EPL 2015/16, The Reds (Si Merah) juga hanya mendulang delapan gol alias rata-rata 1 gol per gim.

Namun, perkataan Rodgers tak sepenuhnya keliru. Terdapat ciri khas yang masih terlihat di Liverpool racikan Rodgers.

Laga bertajuk derbi Merseyside edisi ke-225 kontra Everton di Goodison Park, Minggu (4/10), menampakkan hal itu.

Salah satu alasan kenapa Liverpool bisa mencetak 101 gol di EPL 2013/14 adalah karena kepiawaian mereka memanfaatkan situasi bola mati.

Waktu itu, The Reds 16 kali bikin gol via situasi set-piece (tidak termasuk penalti).

Blunder

Kemampuan itu belum benar-benar hilang. Saat melawan Everton di pekan kedelapan EPL 2015/16, Liverpool mampu masuk papan skor lebih dulu via gol Danny Ings yang berawal dari situasi sepak pojok (menit ke-41).

Hanya, persis seperti kata Rodgers, skuatnya juga tampak belum bosan membuat kesalahan sendiri di lini belakang.

Pada 2013/14, Liverpool merupakan kontestan EPL yang paling sering membuat blunder pertahanan, tepatnya 42 kali.

Sebanyak 13 dari 42 kesalahan lini belakang itu memicu gol kebobolan.

Kegamangan di lini pertahanan menyebabkan Liverpool gagal memetik kemenangan atas Everton di Goodison Park Ahad kemarin.

Keunggulan 1-0 lewat gol Ings gagal dipertahankan lantaran Romelu Lukaku menggetarkan jala gawang Simon Mignolet di pengujung babak I.

Gol Lukaku berawal dari kesalahan Emre Can dalam melakukan sapuan. Bola sapuan Can lantas menjadi liar usai membentur tubuh Martin Skrtel.

Lukaku memanfaatkan kepanikan di lini belakang Liverpool dengan sebuah penyelesaian apik. Derbi Merseyside edisi ke-225 pun berkesudahan dengan skor 1-1.

Hasil itu menegaskan bahwa wajah Liverpool besutan Rodgers memang tak banyak berubah.

Manajer asal Irlandia Utara itu boleh berbangga bahwa ia masih berstatus tak terkalahkan selama memimpin The Reds berlaga di derbi Merseyside.

Akan tetapi, kebanyakan hasil yang diperoleh Rodgers di partai melawan Everton adalah skor imbang.

Tambahan sebiji poin jelas tak cukup buat mengatrol posisi Liverpool ke papan atas klasemen EPL 2015/16.

“Skor ini perolehan bagus. Goodison Park adalah arena yang sulit," tutur Rodgers usai duel melawan Everton.

Dengan ancaman pemecatan, Rodgers tampaknya mulai merasa cemas jika Liverpool racikannya tak juga berganti wajah.

Penulis: Sem Bagaskara