Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Momen final Piala Kemerdekaan benar-benar dimanfaatkan bonek dan mantan pemain Persebaya 1927 untuk saling melepas rindu. Hal itu tampak kala Mat Halil dkk. unjuk kebolehan melawan tim Divisi Utama Persekap Kota Pasuruan di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, Minggu (13/9) malam.
Laga ini merupakan rangkaian dari laga final Piala Kemerdekaan yang mempertemukan PSMS kontra Persinga.
Puluhan ribu bonek memadati stadion termegah di Jatim tersebut. Jumlah itu sudah cukup untuk membuat para pemain merasa merinding.
"Sangat senang dan bangga. Bagi kami yang dibina dan dibesarkan Persebaya, ini merupakan momen yang sangat kami tunggu. Apalagi kami bermain di hadapan puluhan ribu bonek yang selama ini selalu mengeluelukan kami," tutur Mat Halil, kapten tim Persebaya pada ekshibisi itu.
Bahkan, Cristian Carasco sengaja meminta mikrofon dari tangan MC untuk bicara di hadapan bonek. Momen itu berlangsung ketika dia ditarik keluar lapangan untuk digantikan Jefri Prasetyo.
"Bonek, selamat datang dan berjumpa lagi dengan saya. Saya merindukan kalian. Semoga Persebaya tetap jaya," teriak striker asal Brasil itu dari pengeras suara.
Tak pelak, kalimat sapaan Carasco ini disambut teriakan dan aplaus bonek.
"Maaf, saya berjanji bisa memobilisasi anggota sebanyak lima puluh ribu, tapi yang hadir sekitar tiga puluh ribu. Walau begitu, saya anggap ini cukup untuk memeriahkan sekaligus temu kangen dengan mantan pilar Persebaya," ucap pentolan Bonek 1927, Andi Peci.
Pemain lain yang tak kalah bahagia di momen tersebut adalah Erol Iba. Kapten tim Persebaya 1927 di era LPI ini mengaku bangga bisa berkarier bersama skuat Bajul Ijo.
"Jelas senang. Apalagi saya pernah jadi kapten tim Persebaya. Sebagai pemain luar Surabaya, sangat bangga bisa dipercaya jadi kapten tim, klub legendaris dan punya suporter fanatik seperti bonek. Sebenarnya, jika kompetisi LPI lalu tuntas, saya ingin mengakhiri karier di Persebaya," kata Erol Iba dengan mata berkaca-kaca.
Hingga kini, Persebaya masih terlibat konflik dualisme di internal kepengurusan. Kondisi tersebut juga membuat bonek terpecah menjadi dua.
Penulis: Gatot Susetyo/Martinus Raya Bangun