Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ketika Serie A 2015/16 berumur lima pekan, Internazionale ibarat gorila raksasa dalam film King Kong yang secara mudah memporak-porandakan Kota New York, Amerika Serikat.
Tanpa perlu bermain indah, Inter gagah berdiri di puncak klasemen dan selalu mengalahkan lawan-lawan mereka dalam lima pekan perdana Serie A.
Hanya, di pekan keenam Serie A, kekuatan yang diagung-agungkan Inter takluk oleh sepak bola gemulai nan cantik ala Fiorentina. I Nerazzurri dibantai 1-4 di Giuseppe Meazza dan harus merelakan singgasana puncak klasemen diambil alih tim tamu.
Inter berakhir seperti sang gorila dalam film King Kong. Sang gorila mati setelah ditembaki oleh pesawat terbang yang mengepungnya.
Ajal sang gorila datang pada saat ia “menculik” Ann Darrow, gadis cantik yang bisa menjinakkan sifat buasnya.
“Bukan pesawat terbang, tapi kecantikan yang membunuh monster itu,” kata Carl Denham salah satu tokoh dalam film King Kong.
Tak heran jika si cantik Fiorentina lantas banjir pujian begitu mereka bisa menangkal kebuasan Inter. Pelatih Fiorentina, Paulo Sousa, adalah figur yang dianggap memiliki pengaruh besar terkait lesatan Fiorentina ke peringkat pertama Serie A 2015/16.
Tak cuma sukses menjaga ciri khas sepak bola operan Fiorentina yang telah mengakar sejak era kepelatihan Vincenzo Montella, Sousa berjasa dalam menambahkan unsur keseimbangan.
Fiorentina adalah tim Serie A yang paling sedikit menerima tembakan (51 kali) dan tembakan ke gawang (13) dari lawan. Sousa menyebut gaya sepak bolanya adalah perpaduan dari strategi Fabio Capello, Luciano Spalletti, dan Luis Enrique.
“Saya suka gaya bermain Barcelona dan efektivitas Bayern Muenchen,” ujar Sousa di La Gazzetta dello Sport.