Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Rafael Benitez mendulang pujian setinggi langit. Kendati periode kepemimpinannya di Real Madrid baru seumur jagung, pelatih berusia 55 tahun ini dinilai telah mengubah Madrid menjadi unit mematikan.
Sebelum Benitez diserahi tongkat kepelatihan, Madrid sudah punya reputasi sebagai tim yang garang mencetak gol.
Cristiano Ronaldo cs. selalu mencetak lebih dari 100 gol di La Liga selama lima musim terakhir, di mana empat musim di antaranya diakhiri dengan status sebagai tim tersubur.
Namun, lini pertahanan Madrid tak memperlihatkan kapasitasnya sebagai tim raksasa. Musim lalu, jumlah kebobolan Madrid di Liga Spanyol (38) lebih buruk dibanding empat tim lain.
Hal terakhir inilah yang diubah Benitez. Eks komandan Liverpool ini membuat Madrid lebih seimbang dalam menyerang dan bertahan. Hasilnya, Madrid baru kebobolan sekali dalam lima duel Liga Spanyol 2015/16. Janji Benitez menjadikan Karim Benzema bomber pencetak minimal 25 gol se musim mulai berada di jalur yang tepat.
Benzema sudah mengo leksi total enam gol, di mana lima gol di antaranya menjadikan striker Prancis itu sebagai pemain tersubur La Liga. Kemenangan terakhir Madrid tercipta di San Mames, markas Bilbao yang dikenal sulit ditaklukkan oleh tim-tim La Liga.
Selepas pertandingan, Benitez menyebut tripoin itu tak lepas karena ia dan staf kepelatihan Madrid telah mempelajari bentrok kedua tim sejak tahun lalu. Benitez menyadari Bilbao banyak melepas operan panjang dan sangat mengandalkan bola udara. Madrid pun menyesuaikan diri dan akhirnya berhasil keluar sebagai pemenang.
Perhatian yang sangat detail terha dap taktik memang merupakan ciri khas Benitez. Sang pelatih selalu merancang strategi agar tim asuhannya bisa menyesuaikan diri dan mencari celah dari gaya bermain lawan.
Hal itulah yang membuat Madrid musim ini sulit ditebak. Benitez bisa saja menempatkan gelandang bertahan murni seperti Casemiro di laga kontra
Espanyol, menduetkan Toni Kroos dan Luka Modric sebagai pengatur serangan dari kedalaman seperti ketika meladeni Betis, atau memerintahkan Mateo Kovacic membentuk trio gelandang bersama Kroos dan Modric.
Madrid juga bisa banyak mempraktekkan bola-bola langsung seperti ketika menghadapi Granada atau membangun serangan dari bawah saat melawan Bilbao pada tengah pekan.
Wajah mana yang akan diperlihatkan Madrid saat menjamu Malaga, Sabtu (26/9)? Benitez tentunya bisa melihat permainan tim tamu cukup fi sikal. Kecenderungan Malaga melakukan tekel dan pelanggaran sudah rajin dilakukan oleh pemain tengah,
seperti Ricardo Horta, Fernando Tissone, dan Recio.
Benitez juga pastinya sadar bahwa pertahanan Malaga lebih baik dibanding tim-tim yang sudah dihadapi musim ini. Kendati terjerembab di papan bawah, tim beralias Los Boquerones (Si Ikan Teri) itu baru kebobolan tiga kali atau hanya kalah dibandingkan Madrid (1), Atletico (2), dan Valencia (2).
Kekuatan utama Malaga bisa dibilang terletak pada Carlos Kameni. Sang kiper telah melakukan 20 penyelamatan alias terbanyak di La Liga untuk sementara. Semua pemain Madrid harus memberikan performa terbaiknya untuk menghancurkan pertahan sekukuh itu, termasuk Cristiano Ronaldo. Pemain yang disebut terakhir untuk saat ini menjadi satu-satunya alasan mengkritik Benitez.
Instruksi Benitez agar seluruh pemain depan ikut berperan dalam pertahanan disebut telah mengebiri ketajaman CR7. Padahal, taktik Benitez nyatanya tak menutup kesempatan gol pemainnya itu. CR7 tercatat sudah melepaskan 35 tembakan di lima duel La Liga musim ini.
El Confi dencial melansir isu bahwa sejumlah pemain, tentu termasuk CR7, mulai gerah dengan preferensi taktik Benitez. Kemenangan meyakinkan dengan tambahan gol dari CR7 akan menjadi obat mujarab peredam kabar tak sedap.
Penulis: Andrew Sihombing