Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sinisa Mihajlovic dihadapkan dengan berbagai tantangan sulit dalam upayanya mengembalikan AC Milan ke kasta tertinggi. Kendati Miha disebut sebagai pria berhati singa, ada lima alasan kenapa karier sang pelatih di Milan bisa tak berumur panjang.
1. Galak
Mihajlovic berniat menyatukan ruang ganti Milan dengan sikap tegasnya. Namun, Miha harus bisa mengendalikan amarah jika ia tak mau melihat skuat Il Diavolo terpecah belah.
La Gazzetta dello Sport pernah memberitakan bahwa karakter galak Miha mulai mendapatkan resistensi dari para pemain Milan. Milan adalah klub yang bangga mendeskripsikan diri sebagai keluarga.
Salah satu pelatih tersukses Milan, Carlo Ancelotti, bahkan selalu memosisikan dirinya sebagai teman ngobrol sekaligus figur ayah bagi para pemainnya. Sikap protektif terhadap pemain juga ditunjukkan oleh penerus Ancelotti, dari mulai Leonardo Araujo hingga Filippo Inzaghi.
Karakter Miha bagai pedang bermata dua. Ia bisa saja mendatangkan kestabilan tapi juga punya risiko dimusuhi para pemainnya sendiri.
2. Miskin Fantasista
Mihajlovic menegaskan bahwa format 4-3-1-2 akan menjadi andalannya di Milan. Melalui skema itu, Miha ingin melihat Il Diavolo Rosso (Setan Merah) tampil dominan.
“Kami harus selalu mencoba mengontrol permainan tanpa peduli siapa lawan yang kami hadapi,” kata Mihajlovic di Football Italia.
Formasi 4-3-1-2 sangat identik dengan Milan. Pakem tersebut juga diandalkan Carlo Ancelotti, pelatih yang mengantar Il Diavolo menjuarai Liga Champion 2003 dan 2007.
Akan tetapi, rencana permainan Ancelotti bisa diterjemahkan secara apik di atas lapangan karena sang pelatih yang akrab disapa Carletto itu memiliki fantasista (pemain kreatif) melimpah. Pada 2002/03 Ancelotti punya Andrea Pirlo, Manuel Rui Costa, Clarence Seedorf, dan Rivaldo.
Kemewahan serupa tak dimiliki Miha. Milan asuhannya masih kesulitan mendominasi permainan lantaran tak memiliki fantasista jempolan. Dari penghuni skuat Milan saat ini, barangkali hanya Riccardo Montolivo yang bisa dibilang piawai dalam hal mendistribusikan bola dan membangun serangan.
3. Silvio Berlusconi
Presiden Milan, Silvio Berlusconi bukanlah, figur "pemakan pelatih" seperti halnya bos Palermo, Maurizio Zamparini. Akan tetapi, sudah menjadi rahasia umum bahwa Berlusconi kerap mencampuri urusan dapur tim.
Pelatih Milan pada 2009/10, Leonardo Araujo, tak disukai Berlusconi karena mengumbar formasi super ofensif: 4-2-fantasia. Leonardo pernah memainkan empat penyerang sekaligus dalam satu laga.
“Ia mempermainkan Milan dan keras kepala,” kata Berlusconi soal Leonardo.
Jika tak bisa berargumen dengan Berlusconi, Miha kudu siap melihat kariernya di Milan hanya seumur jagung.
4. Belanja Besar
Mihajlovic dibekali skuat yang mahal. Pada bursa transfer musim panas ini Milan menghabiskan dana 90,97 juta euro guna mendatangkan Carlos Bacca, Luiz Adriano, Alessio Romagnoli, Andrea Bertolacci, dan Juraj Kucka.
"Target utama kami adalah finis di tiga besar," tutur Miha.
Prestasi adalah konsekuensi dari belanja besar Milan di pasar pemain. Namun, ekspektasi tinggi itu jelas berpotensi membebani Miha dan pasukannya.
5. Kutukan Pelatih Asing
Mihajlovic sedang berhadapan dengan sebuah tabu. Selama era kepemimpinan Silvio Berlusconi sejak 1986, tak ada pelatih non-Italia yang menuai kesuksesan di Milan.
Pemain legendaris Milan, Nils Liedholm dianggap gagal kala dirinya menukangi Il Rossoneri pada 1986/87. Fabio Capello muda lantas menggantikan posisi Liedholm pada pekan ke-26 Serie A.
Kutukan buat pelatih asing berlanjut pada 1996/97. Masa pengabdian Oscar Tabarez di Milan hanya sepanjang 11 pekan Serie A. Berselang lima tahun, Fatih Terim menjadi korban berikut.
Pelatih asal Turki tersebut hanya bertahan selama 10 pekan melatih Milan. Dengan tim yang bermaterikan rekrutan anyar seperti Manuel Rui Costa, Filippo Inzaghi, Cosmin Contra, dan Andrea Pirlo, rapor Terim dinilai tak memuaskan.
Peruntungan lebih baik dirasakan oleh Leonardo Araujo. Ia menjadi satu-satunya pelatih asing Milan yang mengarsiteki tim
selama semusim penuh. Prestasinya lumayan dengan mengantar Milan finis di posisi ketiga Serie A 2009/10.
Clarence Seedorf menjadi pelatih asing teranyar yang gagal bersinar bareng Milan. Berlusconi secara sarkas pernah berkomentar bahwa orang dengan mental terbelakang bisa menangani ruang ganti Milan dengan lebih baik ketimbang Seedorf.